Rabu, 13/11/2024 - 03:14 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Akhmad Sahal: Sorban dan Jubah Bukan Pakaian Khas Kenabian, Kalau Kita Orang Jawa Pakai Batik

image_pdfimage_print

Akhmad Sahal menyampaikan sesuatu apa saja yang bisa diikuti dari Nabi Muhammad SAW saat berbincang dengan Ade Armando.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Awalnya, Ade Armando bertanya apakah umat Islam harus mengikuti semua yang dilakukan Nabi Muhammad SAW agar menjadi muslim yang baik.

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Sahal menjawab, “Bahwa seorang muslim yang baik itu harus meniru Nabi, menjadikan Nabi sebagai teladan, itu iya. Nah cuma persoalannya kan mengikuti Nabi itu seperti apa.”

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Menurut Sahal, mengikuti Nabi Muhammad SAW bukan semuanya, tapi cukup dalam beberapa aspek, contohnya seperti beribadah.

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Pasalnya, ia mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW juga merupakan manusia, hanya saja diberikan wahyu oleh Allah SWT.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

“Nabi itu punya dua elemen, punya dua kategori. Dalam Al Quran dikatakan bahwa Nabi Muhammad itu adalah manusia biasa yang mendapatkan wahyu,” ujarnya dikutip Populis.id dari kanal YouTube CokroTV yang diunggah pada Selasa (5/4/2022).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Santri Nasional 2024 dari BPPA

Ia menambahkan, “’Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad SAW) adalah manusia biasa seperti kalian, yang diberi wahyu’. Nah dalam kaitannya posisi Nabi sebagai manusia biasa, Nabi itu pernah salah dan mengakui bahwa orang lain itu lebih tahu.”

Berita Lainnya:
Aktivis Anti Korupsi dan Pakar Hukum Tegaskan Mardani H Maming Bukan Koruptor

Setelah itu, Sahal menyampaikan kesalahan apa yang diakui oleh Nabi Muhammad SAW.

“Ada kasusnya, ada satu insiden. Nabi satu kali jalan-jalan di Madinah, kemudian sekelompok sahabat yang menanam kurma, lagi melakukan penyerbukkan,” jelasnya.

“Kemudian nabi bertanya ‘lagi ngapain?’ kira-kira gitu. ‘Kami lagi menyerbuk pohon kurma’. Kata Nabi ‘enggak usah dilakukan itu, biarin aja’,” tandas Sahal.

Sahal kemudian menyebut bahwa sahabat meneladani Nabi dan mengikuti perintah beliau.

Akan tetapi, beberapa waktu kemudian, pohon itu tidak menghasilkan kurma yang bagus.

Suatu saat, Nabi berjalan lagi ke tempat tersebut dan melihat hasil pohon kurma yang tidak bagus.

Nabi pun bertanya apa yang terjadi dan para sahabat bilang kalau mereka hanya melakukan apa yang disarankan oleh Rasulullah SAW sebelumnya.

Rasulullah SAW akhirnya mengakui kesalahannya dan ia mengatakan bahwa para sahabat memang lebih tahu urusan dunia mereka.

Oleh karena itu, Sahal menyebut tidak semua hal yang dilakukan oleh Nabi harus ditiru.

Berita Lainnya:
Kilas Balik Hubungan Prabowo, PSI, dan Masyumi

“Mengikuti Nabi itu tidak lantas mengiyakan, mengikuti semua harfiah, perilaku Nabi, tetapi hanya terbatas kepada ibadah,” jelasnya.

Sahal menyambungkan, “Tapi ada juga soal kehidupan yang lebih luas (yang tidak harus mengikuti Nabi).”

Tak hanya itu, Sahal juga menceritakan tentang sorban dan jubah yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW.

Ia menyampaikan, “Kiai Haji Mustofa Bisri, Gus Mus, dia bilang soal cara berpakaian, fakta bahwa Nabi itu pakai sorban dan jubah, itu bukan berarti bahwa itu pakaian khas kenabian karena zaman itu semua orang Arab pakai begitu, sampai sekarang.”

“(Dulu) Abu Jahal, Abu Lahab, semua pakai sorban dan jubah,” tambahnya.

Oleh karena itu, Gus Mus menilai kalau Nabi Muhammad SAW hanya menghargai tradisinya.

“Gus Mus bilang itu kita bisa membacanya sebagai bukti bahwa Nabi menghargai tradisinya,” tuturnya.

Sahal menandaskan, “Jadi kata Gus Mus ‘Lah kalau tradisi kita orang Jawa pakai batik, ya jangan-jangan ngikuti Nabi itu adalah pakai batik, untuk orang Jawa’. Orang Texas pakai jeans. Jadi itu sesuatu yang sifatnya kehidupan, diserahkan kepada akal.”


Reaksi & Komentar

وَإِن طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِن قَبْلِ أَن تَمَسُّوهُنَّ وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ إِلَّا أَن يَعْفُونَ أَوْ يَعْفُوَ الَّذِي بِيَدِهِ عُقْدَةُ النِّكَاحِ ۚ وَأَن تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۚ وَلَا تَنسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ البقرة [237] Listen
And if you divorce them before you have touched them and you have already specified for them an obligation, then [give] half of what you specified - unless they forego the right or the one in whose hand is the marriage contract foregoes it. And to forego it is nearer to righteousness. And do not forget graciousness between you. Indeed Allah, of whatever you do, is Seeing. Al-Baqarah ( The Cow ) [237] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi