BISNISEKONOMI

Bukan Cuma Krisis, Utang Bengkak Pemerintah Bisa Ganggu Kepercayaan Investor

image_pdfimage_print

-Utang pemerintah yang berpotensi membengkak pada kuartal II-2022, disinyalir mengundang krisis pembiayaan dan menjalar ke sulitnya mendapat investor.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Begitu analisis Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira, menanggapi perihal utang pemerintah yang hingga Februari 2022 sudah mencapai Rp 7.014,58 triliun.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Menurutnya, nominal utang yang bertambah sekitar Rp 4.349,7 triliun dari semenjak awal Presiden Jokowi memerintah di periode pertama pada tahun 2015 tersebut, akan makin menggunung mengingat keharusan pemerintah menyediakan bantalan ekonomi bagi masyarakat.

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Salah satu contoh konretnya Bhima menyebutkan potensi kenaikan utang pemerintah untuk memberikan subsidi energi bagi masyarakat. Karena, baru-baru ini terjadi kenaikan harga minyak dunia yang mengharuskan adanya kenaikan harga BBM RON 92 atau Pertamax menjadi Rp 12.500 per liter.

Berita Lainnya:
Kenaikan PPN 12 Persen Bertentangan dengan Asta Cita Prabowo
ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

“Setidaknya dari subsidi energi apabila bengkak dari Rp 134 triliun menjadi Rp 200 triliun artinya butuh tambahan pembiayaan Rp 66 triliun,” papar Bhima kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (9/4).

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Penambahan utang, baik untuk kebutuhan subsidi energi maupun subsidi pangan yang juga mengalami lonjakan harga, menurut Bhima akan terjadi apabila pemasukan pemerintah dari sektor pajak minim.

Berita Lainnya:
Tak Terima Ditegur Terbangkan Drone, Bule Polandia di Bali Banting Anggota Brimob
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

“Jika pajak tidak bisa menutup defisit konsekuensinya menambah utang baru,” imbuhnya menegaskan.

Karena itu, Bhima memandang perlu bagi pemerintah untuk memperhatikan beban utang pemerintah terhadap penerimaan pajak, yang berdasarkan catatannya hingga hari ini masih cukup tinggi.

“Meskipun keseimbangan primer bisa ditekan menjadi surplus, namun pengeluaran belanja pemerintah yang meningkat akibat tambahan subsidi energi dan pangan menimbulkan kenaikan beban pembiayaan utang pada kuartal ke II 2022,” tuturnya.

“Ini bisa terjadi krisis utang dan membuat kepercayaan investor turun tajam,” tambahnya menutup.


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya