KIEV – Di tengah gempuran Rusia yang belum berhenti, Uni Eropa dilaporkan sedang berencana mendanai biaya operasional pemerintah di Kiev, setidaknya selama tiga bulan.
Laporan tersebut oertama kali dimuat Politico Senin (9/5), mengutip sumber-sumber diplomatik. Dilaporkan bahwa bantuan yang akan dikumpulkan melalui emisi utang baru, menggunakan template yang dibuat untuk bantuan Covid-19 itu akan bernilai sekitar 15 miliar euro (230,5 triliun rupiah).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengatakan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa dia membutuhkan dana 7 miliar dolar per bulan, untuk membayar gaji, pensiun, dan pengeluaran pemerintah lainnya. AS telah berjanji untuk menyediakan sepertiga dari jumlah itu untuk tiga bulan ke depan.
Uni Eropa bermaksud untuk membuat perbedaan dengan obligasi khusus, menurut Politico .
Menurut outlet tersebut, Komisi Eropa (EC) sudah memberi pengarahan kepada duta besar negara-negara anggota mengenai rencana tersebut pada Jumat pekan lalu.
Ini melibatkan penerbitan utang menggunakan jaminan dari negara-negara anggota UE. Skema ini disusun di sepanjang garis PASTI , program yang digunakan untuk mengumpulkan 100 miliar euro bantuan bagi warga negara Uni Eropa yang kehilangan pekerjaan karena penguncian Covid-19.
Utang itu kemudian disekuritisasi sebagai obligasi mulai dari 5-30 tahun.
“Setiap ada masalah dengan uang, (Komisi) bilang PASTI!,” lapor Politico mengutip perkataan seorang diplomat.
Rencana tersebut dapat diumumkan pada awal 18 Mei dan setidaknya tiga negara termasuk Austria, Jerman, dan Yunani, telah meminta opsi alternatif, menurut outlet tersebut.
Mereka dilaporkan berharap negara-negara non-Uni Eropa seperti Jepang, Norwegia, dan Inggris akan ikut serta, degan tujuan meringankan beban utang Eropa.
Prancis juga telah mengusulkan agar para kepala negara Uni Eropa membahas masalah tersebut dalam pertemuan puncak pada akhir Mei.
Sementara itu, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell telah mengusulkan opsi lain untuk mendanai pembangunan kembali Ukraina, yaitu dengan menyita cadangan devisa Rusia yang saat ini dibekukan di bawah sanksi Uni Eropa.
Borrell menunjuk contoh Washington menyita dana bank sentral Afghanistan setelah AS menarik diri dari Afghanistan dan Taliban mengambil alih. Adalah “penuh logika” untuk menggunakan aset Rusia dengan cara yang sama, kata Borrell kepada FT dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Senin.
Ini mengingatkan pada keputusan Presiden AS Joe Biden yang pada Februari menyita setengah dari 7 miliar dollar aset Da Afghanistan Bank yang disimpan di lembaga keuangan AS, untuk kompensasi korban serangan teroris 9/11, sementara setengah lainnya akan digunakan untuk manfaat rakyat Afghanistan dan untuk masa depan Afghanistan, meskipun tidak dijelaskan bagaimana caranya.
Taliban mengecamnya sebagai pencurian, dan bahkan mantan presiden Afghanistan yang didukung AS, Hamid Karzai, menyebutnya sebagai ketidakadilan dan kekejaman terhadap rakyat Afghanistan.