Seorang pria di Thailand yang menyebut dirinya sebagai tuhan semua agama ditangkap polisi. Pria bernama Thawee (74) itu menyuruh para pengikut untuk memakan kotorannya dengan alasan bisa menyembuhkan semua penyakit.
Namun penangkapan Thawee tak terkait dengan perintah tersebut, melainkan kematian 11 pengikutnya di padepokan Provinsi Chaiyaphum.
Gubernur Chaiyaphum Kraisorn Kongchalard, dikutip dari The Nation, Selasa (10/5/2022), mengatakan Thawee merupakan pemimpin sekte yang tinggal di Distrik Nong Rua, Provinsi Khon Kaen. Dia ditangkap pada Minggu (8/5/2022) atas laporan seorang paranormal terkenal, Jiraphan Phetkhao, kepada polisi.
Polisi serta pihak berwenang lainnya lalu menggeruduk padepokan dan menemukan 11 mayat. Jiraphan mengklaim punya kekuatan khusus untuk membantu orang-orang yang terpengaruh takhayul. Dia juga memiliki program di televisi yang tujuannya melawan pemimpin sekte menyimpang atau dukun palsu serta biksu yang melanggar aturan agama.
Menurut Jiraphan, kasus ini terungkap dari laporan seorang perempuan bernama Jenjira (53). Dia meminta bantuan untuk membebaskan ibunya yang pergi ke padepokan. Thawee tak mengizinkan para pengikutnya pulang dari perkemahan selama berhari-hari.
Jenjira mengatakan kepada Jiraphan bahwa ibunya, Noi (80), belum pulang ke rumah. Dia kemudian mengetahui bahwa setiap pengikut disuruh makan lendir, urine, tinja, dan ketombe. Alasannya, semua kotoran dari tubuh Thawee merupakan obat yang bisa menyembuhkan segala penyakit.
Saat menggerebek perkemahan, petugas menemukan Thawee dikelilingi sekitar 30 pengikut dari kalangan paruh baya dan lanjut usia. Warga yang datang ke tempat itu biasanya penigidap penyakit yang sulit disembuhkan.
Semua pengikut mengungkapkan keyakinan mereka bahwa Thawee adalah tuhan yang bisa menyembuhkan semua penyakit.
Petugas menemukan 11 mayat, termasuk ibu Thawee, yang sengaja disimpan di padepokan atas keyakinan bahwa mereka bisa masuk surga. Jenazah-jenazah itu merupakan para pengikut yang sakit parah dan tak tertolong setelah menerima pengobatan dari Thawee.
Mereka sempat berwasiat agar jasad tak dibawa keluar dari padepokan karena yakin akan bisa dkirim ke surga.
Semua jenazah memiliki sertifikat kematian yang dikeluarkan otoritas setempat. Mereka dimasukkan ke kantong mayat dan ditempatkan di peti mati. Mayat-mayat tersebut tidak diawetkan dengan formalin.