Awal Mula Terucap ‘Sumpah’ Sintong Panjaitan pada Prabowo
Menurut Sintong Panjaitan kala itu, setelah Prabowo menikah dengan Siti Hediyanti Hariyadi, atau Titiek Soeharto, hubungan Prabowo dengan sang ayah mertua, Soeharto sangat dekat.
Adapun Prabowo yang semula idealis dan selalu berbicara tentang teknik, taktik, dan peningkatan mutu kesatuan serta masalah kualitas militer, kemudian berubah pandangan ke arah kenegaraan, pemerintahan, dan kekuasaan.
Menurut Sintong Panjaitan, kala itu, Prabowo mulai banyak berhubungan dengan politisi. Sebenarnya menurut tradisi militer, pertanyaan tentang pemindahan dari satu kesatuan ke kesatuan lain itu tidak pantas disampaikan, sehingga mengakibatkan Sintong Panjaitan menjadi sangat kaget dan tersinggung.
“Kami prajurit, saya tidak pandang kamu anaknya siapa. Selama kamu di tentara, kamu harus turut aturan-aturan yang tentara. Kalau kamu tidak mau, kamu bisa saja keluar dari tentara lalu masuk Partai,” kata Sintong Panjaitan kepada Prabowo kala itu.
Selain itu, Sintong Panjaitan menambahkan, sebagai anggota partai, orang bisa jadi bermacam-macam.
“Mungkin di masa datang kamu bisa jadi Menteri Pertahanan. Saya akan menghormati kamu. Itu tidak menjadi masalah bagi saya,” kata Sintong Panjaitan pada Prabowo.
Ucapan itu, bercermin dari seorang Letnan Dalam Angkatan Bersenjata di Kerajaan Belanda yang keluar dari dinas militer, kemudian meniti karier politik dan bisa menjadi Menteri Pertahanan. Seusai pembicaraan itu, Sintong Panjaitan memerintahkan Prabowo kembali ke tempat.
“Ia memberi hormat dengan sigap seperti layaknya seorang tentara profesional, kemudian ia meninggalkan ruangan. Sejak saat itulah hubungan antara saya dan Prabowo yang semula sangat baik menjadi putus,” kata Sintong Panjaitan.
Kala itu, Sintong Panjaitan mencatat sikap Prabowo sebagai bentuk mempertanyakan perintah yang diberikan atasan kepada perwiranya.
“Saya seorang prajurit, sehingga saya akan melaksanakan tugas sesuai dengan aturan tentara yang berlaku. Perintah atasan tidak dapat ditawar dan hanya dilaksanakan,” kata Sintong Panjaitan.
Profil Sintong Panjaitan
– Pada Agustus 1964 hingga Februari 1965, Sintong bertugas dalam Operasi Kilat di Sulawesi Selatan dan Tenggara untuk menumpas gerombolan DI/TII yang dipimpin Kahar Muzakkar
– Pada Februari 1965 hingga September 1965, ia mengikuti pendidikan dasar komando di Batujajar, Jawa Barat. Kemudian persiapan penerjunan di Kuching tapi dibatalkan karena terjadi pemberontakan G30S/PKI
– Pada Oktober 1965, Sintong ditugaskan untuk operasi pemulihan keamanan dan ketertiban di Jakarta dan Jawa Tengah
– Pada awal Januari 1967, ia memimpin tim kopassus untuk menumpas kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua
– Tahun 1969 ditunjuk sebagai komandan Prayudha-3 di Manokwari untuk memenangkan Papera
Melansir dari WIkipedia, Sintong Panjaitan telah banyak menduduki jabatan militer seperti:
Letnan Dua Inf:
– Danton 1/A Yonif 321 Galuh Taruna/Brigif 13 Galuh / Kostrad (Operasi Kilat Menumpas DI/TII Kahar Muzakar)
– Danton 1/A Kompi Suryo Batalyon 2 RPKAD (Operasi Kilat Menumpas DI/TII Kahar Muzakar)
– Danton 1/A Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD (Operasi Ganyang Malaysia Kuching-Serawak)
– Danton 1/A Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD (Operasi Penumpasan G-30S/PKI)
Letnan Satu Inf:
– Komandan Prayudha 3 RPKAD (Pada Operasi Tempur Penumpasan OPM Di Irian Jaya)
– Perwira Operasi Tim Expedisi RPKAD Lembah X Irian Jaya
– Komandan Kompi 251 Grup 2 RPKAD
Kapten Inf:
– Kasi 1 Intel Grup 4 Sandhi Yudha RPKAD
– Perwira Operasi Pada Pusat Intelijen Strategis (PUSINTELSTRAT)
– Kasi 2 Ops Grup 4 Sandhi Yudha RPKAD
– Wadan Operasi PUSINTELSTRAT
Mayor Inf:
– Komandan Karsayudha Grup 4 Sandhi Yudha
– Komandan Satgas 42 Kopassandha Di Kalimantan Barat (Penumpasan Pemberontakan Gerombolan Komunis BARA/PGRS/PARAKU)
– Komandan Operasi GARU TNI Di Kalimantan Barat (Penumpasan Pemberontakan Gerombolan Komunis BARA/PGRS/PARAKU)
– Wakil Komandan Grup 4 Sandhi Yudha Kopassandha
– Wakil Komandan Grup 1 Parako Pada Operasi Lintas Udara Seroja Timor-Timur