BANDA ACEH -Kondisi Sri Lanka semakin buruk. Krisis ekonomi membuat pasokan minyak dan gas, makanan, hingga obat-obatan menipis.
“Tidak ada gunanya berbicara tentang betapa sulitnya hidup ini,” kata wanita 60 tahun yang berdagang buah dan sayuran di pasar Pettah, APD Sumanavathi pada Jumat (20/5).
“Saya tidak bisa memprediksi bagaimana keadaannya dalam dua bulan. Pada tingkat ini, kita bahkan mungkin tidak berada di sini,” tambahnya, seperti dikutip Reuters.
Sementara itu, antrean panjang terlihat di depan sebuah toko tabung gas yang saat ini harganya sudah melambung tinggi.
“Hanya sekitar 200 silinder yang dikirim, padahal yang datang sekitar 500 orang,” kata Mohammad Shazly, sopir paruh waktu yang mengaku mengantre di hari ketiga untuk bisa memasak makanan untuk keluarga berlima.
“Tanpa gas, tanpa minyak tanah, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Pilihan terakhir apa? Tanpa makanan kita akan mati. Itu akan terjadi seratus persen,” tuturnya.
Pada Kamis (19/5), Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengumumkan pemerintah akan membeli cukup pupuk demi meningkatkan produktivitas di musim depan.
“Saya dengan tulus mendesak semua orang untuk menerima gawatnya situasi,” kata Wickremesinghe.
Gubernur bank sentral pada hari yang sama mengatakan valuta asing telah diamankan dari pinjaman Bank Dunia dan pengiriman uang untuk membayar pengiriman bahan bakar dan gas memasak, tetapi pasokan masih mengalir.
Inflasi bisa naik lebih jauh hingga 40 persen dalam beberapa bulan ke depan. Pada April, inflasi mencapai 29,8 persen, dengan harga makanan naik 46,6 persen dari tahun ke tahun.