UAS Tuding Balik Singapura yang Ekstrem, Mengusir Bayi dan Perempuan Tanpa Alasan

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
image_pdfimage_print

Penceramah Ustaz Abdul Somad Batubara merespons tudingan otoritas di Singapura bahwa ia adalah pemuka agama yang ekstrimis dan mengajarkan perpecahan. Menurutnya, justru yang bersikap ekstrem otoritas di Negeri Singa sendiri.

ADVERTISEMENTS
ad47

Sebab, ketika ia dan keluarganya tiba di Pelabuhan Feri Tanah Merah, petugas imigrasi menolaknya masuk. Alhasil, istri dan dua anak, termasuk bayi berusia tiga bulan juga tak diizinkan menjejakkan kaki ke Negeri Singa. 

“Jadi, menurut saya yang disebut dengan ekstrem, what’s the meaning of extreme, to me it’s meaning kicking a woman and 3 months old baby for no reason. Mengusir perempuan dan bayi tanpa alasan. Itu lah yang dimaksud ekstrem dan segregasi,” ungkap pria yang akrab disapa UAS itu ketika berbicara di program siniar Refly Harun dan dikutip pada Jumat, (20/5/2022). 

ADVERTISEMENTS

UAS merasa seolah diperlakukan seperti kuli ketika dilarang masuk petugas imigrasi di Pelabuhan Feri Tanah Merah pada 16 Mei 2022 lalu. Ia juga sempat dimasukan ke dalam ruangan berukuran 1×2 meter dan terpisah dari keluarga selama satu jam. Lalu, ia dipindahkan ke ruangan yang berukuran lebih luas bersama keluarganya yang lain. 

“Jadi, perlu menunjukkan bahwa Indonesia ini adalah bangsa yang bermartabat dan besar. Dulu punya Kerajaan Sriwijaya, ada pula Kerajaan Majapahit. Jadi, dulu mereka (Singapura) itu tidak ada apa-apanya. Artinya, bila kita punya kekuasaan sampaikan dengan kekuasaan. Bila tak punya, maka sampaikan statement agar orang ingat,” tutur dia. 

ADVERTISEMENTS

UAS pun menduga sikap yang tidak ramah dari petugas imigrasi di Negeri Singa lantaran mereka letih akibat pandemik COVID-19. “Jadi, saking lelahnya, hidupnya sudah seperti robot,” katanya. 

Alih-alih meminta bantuan kepada KBRI, UAS lebih mendesak perwakilan di DPR agar menanyakan kepada Duta Besar Singapura di Indonesia soal alasan ia ditolak masuk. Apalagi, kata UAS, ia datang ke Singapura pada 16-17 Mei 2022 untuk berlibur. 

ADVERTISEMENTS

Apa yang akan UAS lakukan usai ia ditolak masuk ke Singapura? Apakah ia tak akan bersedia menjejakkan kaki di Negeri Singa usai mengalami penolakan?

UAS mengaku tak lagi memusingkan peristiwa penolakan masuk ke Singapura yang terjadi pada 16 Mei 2022 lalu. Ia menganggap peristiwa penolakan tersebut sesuatu yang biasa.

ADVERTISEMENTS

Sebelumnya, pada 2017 lalu, UAS juga pernah ditolak masuk ke Hong Kong. Ia datang ke sana atas undangan dari komunitas Pekerja Migran Indonesia (PMI) untuk menyampaikan dakwah.

Belakangan, UAS juga mengaku pernah ditolak masuk pada 2018 lalu ketika ingin masuk ke Timor Leste. Berdasarkan cerita UAS, petugas imigrasi di sana menolaknya masuk karena ia dinilai teroris. Rupanya, UAS turut mengakui pernah ditolak masuk ketika hendak berkunjung ke Belanda. 

ADVERTISEMENTS

Sementara, kejadian penolakan di Tanah Air pernah dialami ketika hendak menyampaikan ceramah di Denpasar, Bali pada 2017 lalu. Kehadiran UAS ditolak satu ormas lantaran khawatir ia bakal menyampaikan ceramah bernada SARA. Tetapi, Polresta Denpasar tetap membolehkan UAS melanjutkan program dakwahnya dengan pemantauan cukup ketat. 

“Setelah kejadian itu, saya tetap beraktivitas seperti biasa. Usai pulang saya kembali mengajar dan membimbing anak-anak di pondok pesantren, ke luar kota untuk memberikan tausiyah. Sama sekali tidak ada yang berubah,” ujar UAS.

ADVERTISEMENTS

“Bila ada yang bilang itu mengganggu pikiran saya, sama sekali tidak. Kejadian seperti itu sudah biasa,” tutur dia lagi. 

ADVERTISEMENTS
Follow HARIANACEH.co.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Exit mobile version