BANDA ACEH – Area pencarian putra pertama Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK), Emmeril Kahn Mumtadz, yang terseret arus Sungai Aare, Bern, Swiss, sudah diperluas. Usaha tim SAR juga lebih intensif. Namun, hingga kemarin (28/5), belum ada tanda-tanda Eril, panggilan Emmeril, ditemukan.
Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Swiss Muliaman Darmansyah Hadad menjelaskan, memasuki hari ketiga, proses pencarian dilanjutkan kembali oleh tim SAR mulai pukul 08.30 waktu Swiss atau 13.30 WIB. Metode yang digunakan lebih intensif dengan menggunakan search boat, drone, dan upaya penyelaman.
Penyelaman dimasukkan dalam list lantaran kondisi air sungai yang keruh akibat bekas hujan dan lelehan salju.
Drone yang digunakan pada proses pencarian hari ketiga, kata Muliaman, berbeda dengan thermal drone yang dipakai saat proses awal pencarian. Sebab, thermal drone hanya efektif pada menit-menit awal ketika suhu panas badan manusia masih bisa terdeteksi. ”Drone yang akan digunakan hari ini (kemarin, Red) itu berbeda. Dia akan terbang rendah, bermanuver, dan melihat jengkal demi jengkal topografi sepanjang sungai,” paparnya dalam konferensi pers KBRI Bern dan keluarga RK secara daring kemarin.
Thermal drone digunakan dalam proses pencarian awal setelah Eril dilaporkan terbawa arus pada Kamis (26/5) siang. Saat itu tim KBRI langsung berkoordinasi dengan polisi dan otoritas terkait untuk melakukan pencarian, baik ke hotel tempat menginap, UGD rumah sakit, maupun aliran sungai. Melibatkan sekitar 20 orang polisi sungai, pemadam kebakaran, dan polisi medis. Saat itu dilaporkan suhu air sekitar 16 derajat Celsius dengan arus cukup kuat. Setelah 15 menit pencarian dengan thermal drone, metode pencarian dilanjutkan dengan boat menyisir sungai dimulai dari titik Eril berenang.
Pada Jumat (27/5), upaya pencarian dilaksanakan dengan mengerahkan sekitar 20 personel. Yakni di sepanjang Sungai Aare dengan jangkauan 17 kilometer mulai Jembatan Tivernal dan Pintu Air Wohlensee, tempat sungai bermuara. Sayang, belum ada tanda-tanda yang dapat membantu proses pencarian Eril oleh tim SAR. Pada pencarian hari ketiga, tim SAR berfokus di area 8 km aliran Sungai Aare.
Menurut Muliaman, RK sudah bertemu dengan tim SAR dan mendapat penjelasan mengenai topografi sungai. Dengan begitu, ada gambaran mengenai lokasi-lokasi yang memiliki posisi krusial dalam proses pencarian.
Diakui Muliaman, proses pencarian cukup bergantung pada kondisi cuaca. Sebab, hujan atau salju yang meleleh akan memengaruhi kekeruhan aliran sungai. Hal itu tentu menyulitkan penyelaman. Namun, otoritas setempat sudah mengantisipasi dengan menyiapkan metode yang sesuai dengan situasi setempat.
Soal batas waktu dalam aturan SAR setempat, mantan ketua OJK itu mengatakan, tidak ada batas waktu hingga berapa hari proses pencarian bakal dilakukan. Kendati begitu, tim SAR menyatakan, ada waktu-waktu kritikal. Salah satunya tiga hari pertama. Biasanya, dalam periode tersebut, korban ditemukan. Tapi, dari kejadian sebelumnya, mayoritas atau sekitar 99 persen ditemukan dalam tiga minggu.
Kejadian terbawa arus seperti yang dialami Eril memang bukan yang pertama. Menurut Muliaman, dari laporan otoritas setempat, kejadian serupa terjadi sebanyak 15–20 kasus tiap tahun. Para korban tersebut biasanya ditemukan tiga pekan setelah kejadian tenggelam.
Namun, probabilitas ditemukannya para korban meningkat pada Sabtu dan Minggu. Sebab, pada waktu tersebut banyak masyarakat yang berenang ke sungai sehingga kemungkinan korban ditemukan makin besar. Karena itu, dia memohon doa agar pencarian Eril bisa membuahkan hasil, sesuai dengan harapan pada akhir pekan ini.
Muliaman mengatakan, pemerintah setempat menyediakan kanal online berisi informasi real time kondisi arus dan temperatur sungai sebagai upaya menekan insiden serupa. Juga, ditempatkan sejumlah rambu peringatan di badan Sungai Aare.
Dalam kesempatan yang sama, adik RK, Elpi Nazmuzaman, menyampaikan bahwa saat ini sang kakak bersama keluarga yang berada di Swiss dalam kondisi sehat. Kang Emil, sapaan RK, tabah dan sabar dalam menjalani ujian dan musibah yang melanda keluarganya. Dia bahkan menitipkan permohonan maaf karena belum bisa menyapa langsung semua pihak yang mendoakan.
Elpi kemudian meluruskan sejumlah hal terkait situasi awal saat keponakannya akan berenang di Sungai Aare. Dengan sedikit terbata karena menahan tangis, Elpi memastikan bahwa Eril merupakan sosok yang bertanggung jawab. Hal itu juga ditunjukkan ketika akan berenang di sana.
Eril, kata Elpi, memastikan terlebih dulu titik mana yang paling aman. Karena itu, titik jembatan yang biasa dipakai wisatawan meloncat ke sungai langsung dicoret. Dia memastikan bahwa lokasi tersebut juga digunakan wisatawan lain. Bahkan, saat itu ada lansia dan anak-anak yang juga berenang. ”Yang lain ingin loncat, tapi langsung dicoret. Dia memastikan titik turun ada tangga dan tidak loncat,” jelasnya.
Insting itu pula yang membuatnya memutuskan siapa yang layak dan tidak layak turun. Hingga akhirnya diputuskan hanya tiga orang yang boleh turun untuk berenang. Yakni Eril, adiknya, dan satu teman mereka yang telah lama tinggal di Swiss. Hal itu didukung kemampuannya menilai dan mengukur arus. Kemampuan tersebut diperoleh dari olahraga diving yang digelutinya.
Saat berenang pun, kata Elpi, rasa tanggung jawab alumnus ITB tersebut begitu dominan untuk melindungi kelompoknya. Dia memilih berada di posisi paling belakang guna memastikan keamanan dua orang lainnya.