Penjodohan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua DPR Puan Maharani di Pilpres 2024 semakin riuh. Hal itu terjadi setelah Puan berangkat umrah bareng orang dekat Jusuf Kalla (JK).
Orang dekat JK yang berangkat umrah bareng Puan tersebut adalah Komjen Pol (Purn) Syafruddin, mantan Wakapolri yang sekarang menjabat Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI). Syafruddin merupakan mantan ajudan JK saat menjadi wapresnnya SBY pada 2004-2009. Hingga saat ini, Syafruddin menjadi salah satu orang kepercayaan JK.
Akhir pekan kemarin, Syafruddin menemani Puan melaksanakan ibadah umrah. Puan dan Syafruddin tiba di Arab Saudi Minggu (29/5) malam. Kedatangan keduanya disambut Wakil Kepala Perwakilan RI Riyadh, Arief Hidayat. Puan tampil anggun dengan mengenakan gamis biru muda dan hijab bermotif.
Momen kedatangan Puan dan Syafruddin itu, kemudian diunggah KBRI Riyadh di akun Twitter @riyadh-kbri. “Wakil Kepala Perwakilan RI Riyadh, @h_arief17 sambut kedatangan Ketua DPR RI, Y.M. Puan Maharani di Bandara Internasional Prince Mohamed Bin Abdulaziz, @madinahairport, Arab Saudi #hari_ini,” tulis @riyadh-kbri.
Di kesempatan itu, Puan juga mengunjungi KBRI Riyadh. Hal ini dibenarkan Ketua DPP PDIP Charles Honoris. “Umrah,” kata Charles, kepada wartawan, kemarin.
Keberangkatan Puan dan Syafruddin ini lalu dihubung-hubungkan dengan upaya penjodohan Anies-Puan di Pilpres 2024. Sebab, JK dan Anies diketahui sangat dekat. Keduanya sama-sama dibesarkan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Saat ini, keduanya juga jadi petinggi di Korps Alumni HMI alias KAHMI.
Pada Pilkada DKI 2017, JK merupakan sosok penting yang meloloskan pencalonan Anies. Saat itu, JK, yang menjadi wapresnya Jokowi, sampai telepon Prabowo Subianto agar mengusung Anies di Pilkada DKI melawan Ahok. JK berani “melawan” Jokowi, yang saat itu disebut-sebut mendukung Ahok.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin melihat, JK dan Anies memang memiliki hubungan khusus. Makanya, saat ada orang JK umrah dengan Puan, wacana menjodohkan Puan dengan Anies semakin ramai.
Ujang mengakui, rencana mengawinkan Anies dengan Puan di Pilpres 2024 merupakan ide brilian. “Bisa menggabungkan dan mempersatukan pendukung kelompok Islam dengan kelompok nasionalis,” sebutnya.
Dari pihak PDIP, meminta publik bersabar. Politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno menyatakan, pengajuan capres baru dibuka KPU pada September 2023. Di samping itu, pencapresan dari PDIP sepenuhnya hak Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
“Di luar itu, semua harus kita maknai sebagai dinamika demokrasi, tapi juga jangan dibuat gagap. Ilmu cocoklogi lagi yang dipakai, yang ada kita yang dibuat gegar budaya demokrasi,” ucap Hendrawan.
Upaya menjodohkan Anies-Puan sebelumnya disuarakan sekelompok relawan yang mengatasnamakan Perhimpunan Masyarakat Wong Cilik (PMWC). Awalnya, kelompok yang namanya mirip dengan slogan PDIP ini, mendeklarasikan dukungan ke Anies. “Elektabilitas Anies di berbagai survei juga berada di urutan atas sebagai capres. Itu juga yang menjadi pemikiran kami mendukungnya dan mendeklarasikan,” jelas Koordinator PMWC, Asep Suwandi, Sabtu (21/5).
Mereka lalu mencoba mengawinkan Anies dengan Puan. Alasannya, Anies-Puan akan menjadi pasangan komplet dan saling melengkapi. “Pantas pula kalau Anies didampingi oleh Puan Maharani untuk maju pada Pilpres 2024 mendatang,” ucapnya.
Dia melanjutkan, untuk maju di Pilpres 2024, Anies tidak cukup hanya disokong elektabilitasnya selama ini. Anies perlu didukung oleh pasangan cawapres dari partai besar dan kekuatan besar di Senayan, seperti Puan. Tujuannya, agar program kerja dan kebijakannya berjalan mulus.
“Kami mendukung Puan sebagai cawapres berpasangan dengan Anies. Anies dan Puan bisa dan mampu mewakili kelompok pemuda milenial, pelajar, guru, petani, mahasiswa, pedagang, buruh dan emak-emak,” tutur dia.
Puan sendiri sudah membuka diri untuk Anies. Saat diwawancara CNN Indonesia TV, 23 Maret lalu, Ketua DPP PDIP tersebut menyatakan terbuka berduet dengan siapa saja di Pilpres 2024, termasuk dengan Anies.
“Mungkin saja. Nggak ada yang tidak mungkin di politik. Semua dinamika itu bisa terjadi. Ya, tinggal kita lihat lagi tahun depan lah bagaimana ceritanya, cerita-cerita politik,” ucap putri bungsu Megawati Soekarnoputri tersebut.
Puan mengaku, selama ini sering bertemu dengan Anies. Ada yang disengaja, ada pula yang tidak.
Puan tidak menampik ada anggapan di masyarakat bahwa PDIP bermusuhan dengan Anies. Puan memastikan, anggapan itu tidak benar. Buktinya, komunikasi dirinya dengan Anies lancar-lancar saja. Saat bertemu di sebuah acara, dirinya berkomunikasi baik dengan Anies.
“Jika ada perlu, suka berkomunikasi. Jika ada acara, juga komunikasi. Kok, jadi kesannya saya musuhan gitu sama Pak Anies. Nggak lah,” tegas perempuan pertama yang menjabat Ketua DPR itu.
Puan juga memastikan, perbedaan dalam politik hal biasa. Namun, hal tersebut tidak membuatnya bermusuhan. “Untuk pertemanan, silaturahmi kekeluargaan, saya rasa, saya sama Pak Anies nggak ada masalah. Jadi, kenapa kayak ada musuhan ya? Nggak ada musuhan,” tegasnya lagi.■