BANDA ACEH – Pengamat Politik Citra Institute, Efriza menilai duet Anies Baswedan-Puan Maharani di Pilpres 2024 bisa saja terwujud.
Efrizal berpandangan bahwa PDIP membutuhkan figur yang dapat menaikan elektabilitas calon yang akan diusungnya. Figur itu ada di Anies Baswedan, meskipun Gubernur DKI Jakarta itu tampak mesra dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
“PDIP lebih memperhitungkan mencomot Anies Baswedan saja, meski dipersepsikan didukung oleh PKS. Sebab, Anies juga calon non-parpol, bukan kader PKS, dengan mencomot Anies Baswedan akan mendongkrak elektabilitas dan kans menang Puan Maharani,” kata Efriza ketika dihubungi AKURAT.CO, Rabu (1/6/2022).
“Menggabungkan Anies Baswedan dan Puan Maharani akan menghilangkan polarisasi dan tentu saja diharapkan bukan saja kans menang lebih besar, tetapi juga efek ekor jas kepada meningkatnya perolehan suara PDIP, ” sambungnya.
Di satu sisi, hubungan PKS dengan partai terbesar nomor satu itu tidak begitu baik, sama halnya yang dialami Partai Demokrat sejak 2004 lalu.
Alasan itu semakin diperkuat dengan posisi penentu arah politik PDIP melalui Ketua Umumnya, Megawati Soekarnoputri.
“Ketidakmungkinan bersama tentunya meski mengental dari perhitungan Megawati sebagai ketua umum. Megawati sebagai sosok yang kuat pendirian, cenderung konsisten dalam fatsun politik, tak serta merta akan memberikan kesempatan kepada PKS berkoalisi dengan PDIP, ” ujarnya.
Pasalnya, hal serupa juga sempat terjadi pada gelaran Pilkada 2017 dan Pemilu 2019 lalu. PDIP belajar dari Gerindra yang merasa ‘dikerjai’ oleh PKS yang hanya meraup elektabilitas dari Partai berlogo Garuda itu.
“PDIP juga menyadari berkoalisi akan memberikan kesempatan besar kepada PKS menaikkan perolehan suaranya, menciptakan kegaduhan di internal konstituen PDIP, di sisi lain PKS juga telah mencitrakan diri sebagai oposisi maka ketika diajak berkoalisi PKS akan semakin gede rasa, ” ucapnya.
PDIP juga berhitung akan untung dan ruginya mengajak PKS, sebab Presiden Jokowi sedang harmonis mendapatkan dukungan dari Partai Gelora yang merupakan partai pecahan dari PKS,
Oleh karena itu, Partai Gelora berpeluang merebut massa dan menurunkan perolehan suara PKS. Maka dari itu, PDIP kemungkinan besar tidak akan bersama-sama dengan PKS di 2024.
“Dasar-dasar itulah yang mendasari bahwa Puan-Anies mungkin saja bisa terwujud, melihat realitas sisi Anies yang non-parpol, kepentingan PDIP, tetapi PDIP kuat dugaan kecenderungannya tidak memilih berkoalisi dengan PKS, ” pungkas Efriza.[]