NASIONAL
NASIONAL

Cerita Kekebalan Pangeran Diponegoro Runtuh usai Bersenang-senang dengan Perempuan Tionghoa

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Pangeran Diponegoro pernah terluka dalam pertempuran Perang Jawa. Konon, luka itu didapat akibat kekebalan dirinya hilang usai bersenang-senang dengan perempuan Tionghoa yang menjadi tawanan pasukan Pangeran Diponegoro.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Dikisahkan dalam buku ‘Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1825’ yang ditulis Peter Carey, Pangeran Diponegoro menyesalkan perilaku bersenang-senang ini. Sebab, dia sempat tidur bersama perempuan tersebut.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Perempuan itu dikisahkan memang sengaja ditahan oleh pasukan Pangeran Diponegoro. Dia diberdayakan sebagai juru pijat sebelum pertempuran Growok yang dahsyat di pertengahan Oktober 1826. 

Berita Lainnya:
Salvo Roket Hizbullah Hujani Israel, Sirene Meraung di 6 Kota
ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Hal ini yang disebut Pangeran Diponegoro sebagai biang keladi kekalahan pasukannya. Apalagi di peperangan itu ia mendapat dua luka yang juga disebut menandakan kekuatan spiritualnya telah hilang sementara. 

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Pangeran Diponegoro juga mengabaikan adanya sosok perempuan ketika saudara iparnya Sosrodilogo mengalami kekalahan.

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Pada Januari 1828, saudara ipar Pangeran Diponegoro ini mengabaikan perintah dan larangan untuk tidak berhubungan seks dengan perempuan Tionghoa. 

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Pangeran Diponegoro kala itu menganggap Sosrodilogo tertimpa sial karena memperkosa seorang perempuan peranakan di Lasem, setelah menduduki kota di pantai utara itu pada 31 Desember 1827. 

Berita Lainnya:
Update Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Jumlah Korban Tembus 29 Orang

Hal ini pula yang membuat Pangeran Diponegoro meminta pada tawanan perang Belanda untuk bisa berbicara dalam bahasa Jawa Kromo, bukan bahasa Melayu, dan wajib berbusana gaya Jawa bukan gaya Eropa. 

Sang pangeran juga wajib mempertimbangkan para tawanan untuk masuk Islam, termasuk pada kaum etnis Tionghoa yang memihak perjuangannya.

Proses menjadi seorang muslim sangat sederhana mulai memotong kucir rambut, disunat, dan mengucapkan dua kalimat syahadat.


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya