NASIONAL
NASIONAL

Tokoh Senior NU Dukung Jenderal Dudung Jaga Persatuan dan Rekatkan Anak Bangsa

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Upaya Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman merekatkan kembali tokoh lintas agama dan anak bangsa menuai dukungan dan apresiasi. 

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Mantan Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Marsudi Syuhud mengatakan, upaya Jenderal Didudung tersebut merupakan perbuatan amal saleh, dan perlu didukung.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

“Ketika pak Dudung berusaha untuk (menyatukan tokoh lintas agama dan anak bangsa) itu ya saya setuju dan saya mendukung,” ujar Marsudi saat dihubungi, Rabu (8/6/2022).

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Pendapat Marsudi ini terkait perihal upaya Jenderal Dudung yang mencoba menyatukan tokoh lintas agama dan semua elemen anak bangsa. Ini terkait Dudung yang sudah membangun silaturahmi dengan kiyai-kiyai di sejumlah pesantren. Selain itu, Dudung juga mengunjungi Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI).

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA
Berita Lainnya:
Bertemu Megawati Bakal Jadi Sowan Pamungkas Prabowo

Menurut Marsudi, sebagai anak bangsa Jenderal Dudung memang berhak dan memiliki kewajiban menjaga keberagaman dan persatuan bangsa 

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

“Karena kita sudah diikat dengan tali

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Mu’ahadah Wathaniyah, negara kebangsaan, musyawarah mufakat untuk menyatukan diri dari perbedaan-perbedaan yang ada,” katanya.

Sebab, lanjut dia, anak bangsa Indonesia beraneka ragam, termasuk dalam hal agama. Keaneka ragamanan ini harus dijunjung tinggi. Marsudi kemudian mencontohkan keaneka ragaman Indonesia dengan Negara Madinah pada saat dipimpinan Nabi Muhammad SAW.

“Di Madina itu ada anak bangsa, ketika itu ada yang Nasrani, Yahudi, Majusi, dan Islam. Islam ada (kaum) Muhajirin dan Ansor. Semua anak bangsa itu termasuk suku-sukunya dan qobail-qobailnya itu disatukan dengan perjanjian Madinah,” tuturnya.

Menurut Marsudi, perjanjian Madinah tersebut adalah terkait kesepakatan hidup bersama, rukun dan harmonis kendati berbeda-beda keyakinan. 

Berita Lainnya:
PDIP Pecat Kader yang Baru Dilantik DPRD

“Berang siapa yang yang sepakat sependapat untuk bersama-bersama hidup bersatu padu walau berbeda-berbeda, mereka yang beda-beda itu tadi menjadi bangsa yang satu,” katanya. 

Marsudi berharap tidak ada pihak-pihak yang melakukan provokasi untuk memecah belah persatuan dan keberagaman Indonesia. Jika ada yang mencoba melakukan provokasi, Marsudi mengatakan hal itu perlu dilawan. Tapi, cara melawannya, kata dia, jangan dengan kekerasan.

“Karena ini sebuah pemahaman, sebuah paham, maka melawannya harus pakai paham. Bagaimana cara melawan pkai paham? Ya paham-paham kita, ajaran Rasulullah, ajaran agama tinggal diikuti saja. Wong dulu para pendiri bangsa ini mengikuti cara Rasulullah ketika membangun negara Madina, gitu. Cara melawannya ya jangan dengan cara kekerasan juga. Cara melawannya dengan cara memberikan pemahaman,” pungkasnya.

[]


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya