Tentunya anggaran yang digelontorkan sangatlah besar tiap tahunnya untuk pengadaan seleksi CPNS, sehingga kemunduran satu dua bahkan ratusan CPNS memberikan dampak berarti. Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah.
ASN yang masih jauh dari kata sejahtera menjadi faktor utama lunturnya harapan dan kepercayaan masyarakat bukan saja hanya menambahkan porsi kursi dan posisi calon, namun juga jaminan kecelakaan kerja serta berbagai tunjangan lainnya perlu ditingkatkan.
Bukan saja soal jumlah namun juga restorasi sistem administrasi sehingga peningkatan integritas calon sedikit demi sedikit dapat dipastikan membaik.
Sebagai contoh kejadian gaji fiktif 97 ribu PNS sejak 2014 silam yang tentu tak bisa disepelekan. Bukan saja mengindikasikan cara kerja kotor dalam sistem keuangan negara, namun juga merupakan manifestasi kebobrokan pemerintah yang tidak teliti, hingga kecolongan selama bertahun-tahun lamanya menggaji 97 ribu PNS fiktif.
Lantas ke mana larinya gaji tersebut? Sedangkan di saat yang sama, besaran jumlah gaji PNS yang masih terbilang rendah.
Urusan PNS memang tidak berhenti pada pembahasan Gen Z yang krisis mentalitas, tapi juga berlabuh pada bagaimana negara memperhatikan sedemikian rinci perihal perekrutan hingga tanggung jawab pengasuhan ASN, khususnya pada kasus ini yaitu PNS.
Hari ini kita terheran-heran dengan transmisi drastis paradigma masyarakat mengenai PNS, bila jaman dulu PNS menjadi idola orang tua dan mertua, karena dianggap menjamin masa depan keluarga, namun sekarang beberapa di antara mereka justru menganggap CPNS hanya sekadar coba-coba berhadiah.
Hari ini mungkin hanya 0,1 persen yang mengundurkan diri dari seluruh CPNS yang lolos, namun persentase tersebut tentu sangat bisa berubah, entah terjadi eskalasi atau dekadensi, berbanding lurus dengan bagaimana pemerintah mengatasi permasalahan.
Cepat atau lambat, entah itu Gen Z, milenial atau anak cucu yang masih dalam kandungan itu lahir tentu akan jengah jika pemerintah masih saja abai dan menelantarkan hajat hidup rakyatnya.
Wallahu a’lam bisowab.
(Penulis adalah Mahasiswi Kesejahteraan Sosial UMJ)