BANDA ACEH – Negara-negara Barat dilaporkan siap mengubah posisinya dalam konflik Ukraina vs Rusia. Mereka disebut-sebut siap memaksa Ukraina untuk serahkan wilayah demi terjadinya gencatan senjata dengan Rusia.
Isu soal Barat yang siap memaksa Ukraina serahkan wilayah ini dilaporkan oleh sebuah portal berita asal Perancis, yaitu Agoravox.
Agoravok menuliskan secara gamblang bagaimana media-media AS dan juga negara Uni Eropa menciptakan narasi palsu soal kegagalan Rusia.
Menurut laporan yang dipublikasikan dengan judul ‘Putin memenangkan perang informasi’, Putin dinilai akan segera mengalahkan tentara yang tersisa di wilayah Donbass Ukraina.
Dan keberhasilan ini mengubah sudut pandang para politisi Barat untuk sesegera mungkin berkompromi, dengan menghasut Ukraina untuk serahkan wilayah.
“Tidak mungkin lagi untuk menyangkal bahwa ternyata faktanya Putin akan segera mengalahkan apa yang tersisa dari tentara Ukraina di Donbass!” tulis laporan media tersebut.
“Hasilnya semakin banyak politisi barat dimulai dengan yang tua, Kissinger yang menyerukan gencatan senjata untuk pembicaran damai dengan Putin. Bahkan jika itu berarti memaksa Ukraina membuat konsensi territorial.”
Tulisan ini sebenarnya merujuk pada pernyataan mantan menlu AS Henry kissinger yang menyerukan untuk melakukan gencatan senjata dan pembicaraan damai degan Putin bahkan jika nantinya harus dibayar dengan memaksa Ukraina menyerahkan wilayahnya.
Dikutip HARIANACEH.co.id dari laman Ria Novosti pada Selasa 14 Juni 2022, pernyataan ini dibuat Kissinger dalam sebuah pidato di Davos.
Saat berpidato, Kissinger meminta agar Barat mempengaruhi Ukraina untuk terus melanjutkan negosiasi dengan Rusia.
Di sisi lain, kementrian pertahanan Rusia mengklaim pasukan militernya kini telah menyelesaikan tugas utama tahap pertama untuk melemahkan potensi tempur pasukan Ukraina, dengan tujuan operasi pembebasan wilayah Donbass, Ukraina.
Seperti diketahui bahwa sejak 24 Februari 2022, Rusia terus melakukan serangan dengan dalih melakukan operasi militer khusus denazifikasi dan demilitarisai Ukraina.
Presiden Putin berulang kali menyebut bahwa operasi militer ini digunakan untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran intimidasi dan genosida yang dilakukan oleh rezim Kiev selama 8 tahun lamanya.***