BANDA ACEH -Dahulu Presiden pertama Indonesia, Soekarno atau Bung Karno mengutuk oligarki. Sedangkan saat ini, oligarki malah mengontrol uang, aset, hingga properti di Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh pakar kesejahteraan sosial, Syahganda Nainggolan dalam acara Sarasehan Kebangsaan berjudul “Demokrasi dan Keadilan Sosial” yang diselenggarakan oleh Syarikat Islam di Markas Syarikat Islam, Jalan Taman Amir Hamzah nomor 4, Jakarta Pusat, Minggu sore (3/7).
“Problem pokok Bung Karno dulu adalah memang mengutuk oligarki, dalam pledoinya Bung Karno itu, mengutuk oligarki Eropa, Belanda, Perancis dan lain-lain yang menguasai Indonesia,” ujar Syahganda seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Minggu malam (3/7).
Selain itu kata Syahganda, oligarki yang dikutuk oleh Bung Karno juga membawa 60 persen lebih seluruh kekayaan ke Belanda dan Eropa, dan hanya menyisakan 30-an persen bagi Indonesia.
“Itu membuat kita terlunta-lunta terus, mati kita semua di sini. Nah sekarang cukong-cukong itu, yang kata Jokowi mempunyai uang belasan ribu triliun, yang Jokowi bilang, ‘udah kerja kerja kerja uangnya ada di kantong’, uangnya itu juga dibawa kabur ke Singapura di sana,” kata Syahganda.
Apalagi, Syahganda mengaku mendapatkan informasi bahwa hampir dua tahun pandemi Covid-19, para cukong yang ada di Indonesia kabur dan tinggal di Singapura.
Pandangan Syahganda, mereka para oligarki tidak memiliki kecintaan terhadap bangsa Indonesia. Alasannya, tambah Syahganda, mereka tidak menjadi bagian dari sejarah gerakan bangsa ini.
Menurut Syahganda, jika para oligarki itu merasa bagian dari sejarah bangsa Indonesia, maka pasti mencintai bangsa Indonesia.
“Dan mereka yang ngontrol uang-uang yang ada di Indonesia ini, mengontrol dari struktur aset-aset 2 persen orang Indonesia, menguasai semua properti yang ada di Jakarta,” sambung Syahganda menutup.
Dalam acara ini, juga dihadiri oleh empat narasumber lainnya yang dipandu oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Syarikat Islam, Ferry Julianto. Keempat narasumber lainnya, yaitu Presiden Syarikat Islam, Hamdan Zoelva; Ketua Umum (Ketum) Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Mohammad Jumhur Hidayat; peneliti utama BRIN, Profesor Siti Zuhro; dan pengamat politik, Rocky Gerung.