JAKARTA – Di sela-sela kesibukannya, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menghadiri Dzikir Akbar Manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani, di Pondok Pesantren Al-Baghdadi, di Karawang Jawa Barat.
Kedatangan Moeldoko disambut langsung oleh pengasuh Ponpes KH Junaedi Al-Baghdadi dan puluhan ribu jamaah.
“Semoga kehadiran beliau (Moeldoko) menambah barokah untuk Indonesia,” kata Abah Junaedi, panggilan KH Junaedi Al-Baghdadi.
Sebelum menggelar dzikir bersama, Moeldoko didaulat untuk menyampaikan orasi kebangsaan. Tampil dengan setelan jas dan peci hitam, Panglima TNI periode 2013-2015 itu bicara soal pembentukan karakter bangsa.
Dalam pandangannya, membangun karakter bangsa dapat dilakukan dengan membentuk kebiasaan baik. Hal itu, kata Moeldoko, sangat dipengaruhi oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan.
“Saya dulu kalau tidak jadi anak langgar (surau/musala) mungkin tidak akan jadi Jenderal,” jelas Moeldoko.
“Di situ saya digembleng, diajari disiplin, diajari ngaji, diajari saling berbagi. Dan semua itu terbawa sampai saat ini,” terang dia.
Berangkat dari pengalamannya itu, dikatakan Moeldoko, pesantren merupakan pusat pembentukan karakter yang bisa melahirkan sumber daya manusia unggul. Terlebih, jika ditambah dengan adanya majelis – majelis dzikir, seperti di Ponpes Al-Baghdadi.
“Pesantren dan majelis-majelis dzikir seperti inilah yang akan membentuk karakter bangsa. Karena dari sinilah, akan lahir SDM-SDM unggul dan berkarakter,” tandasnya.
Selain itu, Moeldoko juga menyampaikan beberapa capaian Presiden Jokowi. Seperti pembangunan infrastruktur, pengendalian COVID19, dan pemulihan ekonomi nasional.
“Presiden Jokowi bercita-cita 2045 Indonesia Maju. Mari bersama-sama kita wujudkan cita-cita beliau,” tambah Moeldoko.
Diketahui, Dzikir Manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani, di Pondok Pesantren Al-Baghdadi, digelar seminggu sekali, tepatnya pada Sabtu. Bertempat di lapangan pesantren seluas 3 hektare, majelis dzikir diikuti puluhan ribu jamaah dari berbagai daerah.