NASIONAL
NASIONAL

Klaim Utang Indonesia Produktif, ProDEM: Luhut Sedang Meracau!

image_pdfimage_print

BANDA ACEH -Klaim Luhut Binsar Pandjaitan bahwa besaran utang pemerintah Indonesia produktif dan masih bisa dikembalikan negara sulit diterima akal sehat.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

“Luhut ini meracau ya? Utang dan bunga utang sudah melampaui PDB dan penerimaan negara,” ujar Ketua Majelis Aktivis ProDEM, Iwan Sumule kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (16/7).

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Jika utang Indonesia benar-benar produktif sebagaimana klaim Luhut, maka tentunya akan memberi tambahan penerimaan negara. Negara, kata Iwan Sumule, juga tidak akan terjadi defisit.

Berita Lainnya:
Guru di Makassar Dilaporkan Perkosa Siswi SLB Berkali-kali di Toilet Sekolah
ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

“Dan jika utang produktif, pendapatan rakyat akan bertambah, bukannya pengangguran yang bertambah,” kritiknya.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Adapun utang pemerintah per akhir Oktober 2021 sebesar Rp 6.687,28 triliun. Lanjut Iwan Sumule, rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar 39,69 persen. Angka itu di bawah outlook pemerintah di kisaran 41-43 persen pada akhir tahun ini.

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

“Belum lagi beberapa proyek infrastruktur mangkrak. Seperti proyek kereta cepat, karena China tak lagi mau menambah uang untuk membangun proyek kereta cepat tersebut,” sambung Iwan Sumule.

Berita Lainnya:
Coreng Nama Institusi, Kejagung Diminta Copot Jaksa Amiruddin
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Selain itu, yang menjadi sorotan ProDEM juga soal pembangunan IKN Nusantara yang makin menambah beban keuangan negara. Hal ini akan semakin mempersulit untuk membayar utang dan bunga utang yang sangat besar dan mengkhawatirkan.

“Menurut BPK, utang melampaui PDB dan penerimaan negara. Selain utang, defisit dan Silpa yang melonjak dinilai berdampak pada peningkatan risiko pengelolaan fiskal,” tandasnya. 


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya