Dihyah Al-Kalbi, Sahabat Kepercayaan Nabi yang Wajahnya Dijelma Malaikat Jibril

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ilustrasi Sahabat Rasulullah Dihyah Al-Kalbi yang diserupai Wajahnya oleh Malaikat Jibril. FOTO/Net

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Dalam buku-buku sejarah disebutkan bahwa Dihyah Al-Kalbi merupakan salah satu sahabat Nabi yang memiliki paras sangat tampan. Bahkan ketika Malaikat Jibril menjelma menjadi manusia, ia menyerupai wajah Dihyah Al-Kalbi.

ADVERTISEMENTS
ad40

Sahabat Dihyah al-Kalbi memiliki nama lengkap Dihyah bin Khalifah bin Farwah bin Fadhalah Al-Kalbi. Penambahan kata “Al-Kalbi” di belakang namanya merupakan penisbatan terhadap salah satu kabilah yang bertempat di bagian utara Jazirah Arab, yakni kabilah “Al-Kalb”.

ADVERTISEMENTS

Dihyah Al-Kalbi adalah salah seorang sahabat yang sangat menyayangi dan menghormati Nabi Muhammad Saw. Ia berkali-kali memberikan hadiah kepada Nabi, bahkan sebelum ia memeluk agama Islam.

ADVERTISEMENTS

Ia mengakui keesaan Allah dan kerasulan Muhammad tepat sebelum terjadi perang Uhud. Meski demikian, ia belum ikut menjadi pasukan kala terjadi perang Uhud. Adapun perang pertama kali yang diikuti oleh Dihyah Al-Kalbi adalah perang Khandaq.

Memang tidak banyak dijumpai bukti-bukti sejarah menyangkut cerita perjalanan hidup Al-Jalil Dihyah Al-Kalbi. Akan tetapi perlu diketahui bahwasanya ia merupakan salah satu tokoh penting dalam percaturan sejarah Islam. Di antaranya adalah ketika ia dipercaya Nabi untuk menyampaikan surat kepada Raja Romawi, yang berisi ajakan untuk memeluk Islam.

Dalam buku-buku sejarah disebutkan bahwa Dihyah Al-Kalbi merupakan salah satu sahabat Nabi yang memiliki paras sangat tampan. Bahkan ketika Malaikat Jibril menjelma menjadi manusia, ia menyerupai wajah Dihyah Al-Kalbi. Hal itu merupakan salah satu keistimewaan yang diberikan Allah kepadanya, dan tidak didapatkan oleh sahabat yang lain.

Diceritakan bahwa ketika orang-orang kafir sudah kembali dari tragedi perang Khandaq dalam keadaan kalah, Nabi juga kembali menuju Madinah. Di tengah perjalanan, Nabi didatangi oleh Malaikat Jibril yang menunggang keledai putih dan mengenakan sorban yang terbuat dari sutra.

Pada saat itu, Malaikat Jibril menjelma wajah Dihyah Al-Kalbi. Malaikat Jibril berpesan kepada Nabi Saw., “Berjalanlah menuju arah Bani Quraidhah.” Nabi Muhammad kemudian memberikan seruan kepada para sahabat, “Barang siapa yang mendengar dan taat, maka jangan melakukan salat Asar sebelum sampai di wilayah Bani Quraidhah.”

Sebelum Nabi dan para sahabat melaksanakan salat di Bani Quraidhah, salah satu sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. Ia bertanya tentang alasan Dihyah Al-Kalbi menemui Nabi dengan menunggang keledai putih dan mengenakan sorban yang terbuat dari sutra.

Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya ia adalah Malaikat Jibril–yang menjelma Dihyah Al-Kalbi–. Ia lebih dulu sampai Bani Quraidhah untuk menakut-nakuti penduduk di sana.”

Dihyah Al-Kalbi juga memiliki keistimewaan lain, yakni mampu menguasai berbagai bahasa dengan baik, khususnya bahasa Romawi. Oleh karenanya, Rasulullah mengutusnya untuk menemui Raja Romawi. Melalui perantara Dihyah Al-Kalbi, Rasulullah menitipkan pesan supaya Raja Romawi dan para pengikutnya memeluk agama samawi yang dibawa oleh Muhammad Saw.

Di antara para pembesar Romawi yang ditemui Dihyah Al-Kalbi ialah Raja Hirakla yang merupakan seorang Nasrani. Pada saat itu, Raja Hirakla akan melakukan ibadah di tanah Al-Quds, setelah ia memenangkan pertempuran melawan pasukan Persia. Bersamaan dengan Raja Hirakla, Dihyah Al-Kalbi juga sampai di Al-Quds.

Tidak beselang lama dari pertemuan keduanya, Dihyah Al-Kalbi pun segera memberikan surat dari Rasulullah yang dititipkan kepadanya. Setelah menerima surat tersebut, Hirakla bertanya kepada Dihyah Al-Kalbi tentang sifat-sifat Nabi Muhammad Saw.

Menurut sebagian riwayat, disebutkan bahwa Raja Hirakla tidak menerima ajakan untuk masuk Islam, hanya karena khawatir dimusuhi kaumnya sendiri dan menyebabkannya kehilangan posisi tertinggi di kerajannya.

Setelah Nabi dipanggil oleh Allah Swt., Dihyah Al-Kalbi turut serta melanjutkan misi Nabi di bawah kekhalifahan Abu Bakar dan Umar. Bahkan ia juga ikut membela Islam dalam pertempuran Yarmuk, melawan pasukan Romawi yang terjadi pada tahun 15 H.

Sebagaimana para sahabat yang lain, di akhir usianya ia juga memilih untuk meninggalkan Madinah dan berpindah ke Damaskus. Dihyah Al-Kalbi tinggal di desa Mazzeh, Damaskus, dan tutup usia di sana pada masa pemerintahan Muawiyah.

Sumber: Harakah.id

Exit mobile version