NASIONAL
NASIONAL

Aplikasi Lacak Covid-19 Shanghai Bocor, 48,5 Juta Data Pribadi Diretas dan Dijual

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Aplikasi pelacakan penyebaran Covid-19 milik pemerintah Kota Shanghai, China diduga telah bocor. Data pribadi milik 48,5 juta penggunanya dilaporkan telah diretas dan dijual.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Aplikasi bernama Suishen itu dijalankan oleh pemerintah sejak awal 2020 untuk membantu memerangi penyebaran Covid-19. Sebanyak 25 juta penduduk Shanghai dan pengunjungnya diharuskan menggunakan aplikasi tersebut.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Suishen mengumpulkan data perjalanan untuk memberi status merah, kuning, atau hijau untuk mendeteksi kemungkinan seseorang terjangkit Covid-19. Pengguna harus menunjukkan status untuk memasuki tempat umum.

Berita Lainnya:
Cerita Nadia Siswi Kristen di Kota Bogor Sekolah 9 Tahun di Madrasah
ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Aplikasi ini dapat diakses melalui Alipay milik Alibaba, Ant Group, dan WeChat milik Tencent Holdings.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Dari laporan The Straits Times, peretas dengan nama pengguna “XJP” mengunggah tawaran untuk menjual data seharga 4.000 dolar AS atau sekitar Rp 58 juta di forum peretas Breach Forums pada Rabu (10/8).

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Peretas memberikan sampel data termasuk nomor telepon, nama, nomor identifikasi, dan status kode kesehatan untuk 47 orang.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

“Database ini berisi semua orang yang tinggal atau mengunjungi Shanghai sejak Suishen diadopsi,” kata XJP pada unggahannya.

Berita Lainnya:
PDIP Bangga Putar Video Bobby Nasution Disoraki di Pelantikan Prabowo: Kita Share ke Penjuru Sumut

Dari penyelidikan Reuters, hanya 11 dari 47 orang yang mengonfirmasi bahwa mereka terdaftar dalam Suishen, meski dua di antaranya mengakui nomor identifikasi mereka salah.

Atas kasus peretasan ini, pemerintah Shanghai, Ant dan Tencent belum mau membuka suara.

Pelanggaran serupa pernah terjadi sebelumnya, setelah seorang peretas mengatakan mereka telah memperoleh 23 terabyte informasi pribadi milik satu miliar warga China dari polisi Shanghai pada awal bulan lalu. 


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya