ACEH

Pemuda Aceh Diharap Tak Takut Bersaing di Berbagai Sektor

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Aceh Resource and Development (ARD) menggelar diskusi dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-77 dengan tema “Puleh Beu Bagah, Beudoeh Leubeh Koeng” (Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Baik, Saatnya Pemuda dan Milenial Aceh Bangkit Pasca Pandemi dan Mengejar Ketinggalan). Diskusi ini berlangsung di Hotel Kyriad Muraya, Banda Aceh, Sabtu (13/8/2022).

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Adapun pemateri dalam diskusi ini Profesor Gunawan Adnan Akademisi/Guru Besar UIN Ar Raniry, M. Rizal Falevi Kirani Ketua Komisi V DPRA, Bustami Wakil Ketua GP Anshor Provinsi Aceh, Muhammad Joni pembina Jaringan Anak Syuhada Aceh dan moderator Ryan Abdillah.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Profesor Gunawan mengatakan, pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia bahkan bangsa lain di dunia merupakan musibah yang sangat luar biasa. Dimana pandemic itu telah meluluh lantakkan kestabilan ekonomi, politik global hingga Pendidikan.

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

“Saya rasa tema ini sangat cocok bagaimana kita pulih lebih cepat dan tumbuh lebih kuat. Bagaimana pandemi menimpa kita sehingga ada kondisi yang tidak menyenangkan yang menyulitkan kita semua,” kata Profesor Gunawan.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Ia menyampaikan, ada hikmah yang sangat luar biasa dari pandemi, sehingga banyak orang lebih tahu dan menguasai teknologi informasi yang kini sangat mudah diakses.

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Profesor Gunawan menjelaskan, para generasi muda Aceh jangan menjadikan pandemic sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Namun sebaliknya, jadikan motivasi untuk bangkit lebih cepat dan berkarya secara cermat.

Berita Lainnya:
Pj Gubernur Canangkan Penanaman 500 Ribu Pohon Buah Khas Aceh
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

“Justru menurut saya kita harus menjadikan kondisi ini harus kita olah menggunakan semua olah pikir kita semua potensi yang ada pada kita untuk kemudian kita bangkit bersama-sama menghadapi tantangan global,” ujarnya.

Ketua Komisi V DPRA, M Rizal Falevi Kirani, menyebutkan bahwa generasi Aceh sangat mudah untuk bangkit. Pasalnya, sebelum pandemi melanda, Aceh pernah merasakan terjadinya degradasi terhadap konflik yang berkepanjangan.

“Artinya 30 tahun kita dilanda konflik ternyata juga pemuda-pemuda Aceh cepat bangkit melakukan emansipasi kemudian elaborasi dengan konten hari ini,” ujar Falevi Kirani.

Falevi menilai, di era 4.0 ini merupakan momentum bagi anak muda Aceh harus kreatif dan tak takut bersaing dengan anak muda yang ada di luar Aceh. Kapasitas dan kapabilitas pemuda Aceh bukan sebuah hal yang diragukan.

“Tetapi secara substansi keilmuan dan secara substansi kapasitasnya juga anak-anak Aceh bisa bersaing baik level nasional maupun internasional. Artinya sesuatu hal itu tidak ada yang tidak mungkin dilakukan,” ungkapnya.

Politisi Partai Naggroe Aceh (PNA) ini menyebutkan, perkembangan digitalisasi dan informatika kini menjadi sebuah kewajiban dan keharusan bagi pemuda Aceh untuk mempelajari dan memiliki itu. Bagaimana pemuda yang sukses itu menguasai teknologi, bukan teknologi yang menguasai pemuda.

Berita Lainnya:
Tiba di Tanah Rencong, Menteri Ekraf dan Ustaz Das’ad Disambut Tradisi Adat Aceh

“Memanfaatkan teknologi ini yang di kemas dengan sangat bagus bisa melakukan promosi secara digital. Lalu digitalisasi itu menjadi ekonomi kreatif bagi anak-anak muda Aceh. Sehingga anak muda ini satu HP bisa melahirkan berbagai karya yang dimiliki. Ini yang harus kita tempah, dan saya pikir kita orang Aceh dan anak muda Aceh tidak bodoh-bodoh amat,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua GP Anshor Provinsi Aceh, Bustami, memaparkan sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pemuda Aceh. Berbicara pemuda, kata dia, lahirnya bangsa Indonesia tak terlepas dari keterlibatan pemuda dalam mendirikan NKRI.

Ia melihat, tantangan pemuda hari ini salah satunya adalah maraknya radikalisme dan terorisme yang menjadi persoalan baru. Sehingga dibutuhkan kontribusi pemuda Aceh untuk mencegah hal-hal yang seperti ini.

Menurut Bustami, jika radikalisme ini tidak dicegah maka akan terjadi perpecahan. Sebab, radikalisme tidak hanya bicara soal agama tetapi juga bicara soal kelompok dan antar organisasi masyarakat (Ormas).

“Kita khawatir kalau radikalisme ini tidak dicegah itu akan berefek kepada ketidakharmonisan antar OKP,” katanya.

Selain itu, maraknya peredaran narkoba juga menjadi ancaman bagi generasi penerus Aceh. Pemuda mesti menjadi garda terdepan dalam proses pencegahan mapun pemberantasan narkoba tersebut.

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya