Jumat, 15/11/2024 - 05:13 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Kenaikan BBM, Suara Wakil Rakyat atau Wakil Penjahat?

image_pdfimage_print

OLEH: AHMAD KHOZINUDIN*

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

NAMANYA Dewan Perwakilan Rakyat, semestinya aspirasinya mewakili rakyat. Lain soal, kalau Dewan Perwakilan Penjahat, ya silakan menampung dan menyuarakan aspirasi penjahat.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Namun faktanya kenaikan harga BBB yang dikeluarkan pemerintah disetujui DPR. Bila pemerintah benar-benar ingin menaikkan harga BBM subsidi, Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mengusulkan kenaikan harga BBM Pertalite sebesar 30 persen menjadi Rp 10.000 per liter.

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Lah, ini DPR sudah bertanya belum kepada rakyat? Kalau suara rakyat, jangankan 30 persen, 1 persen pun rakyat ogah BBM dinaikkan. Beban rakyat sudah berat, jangan ditambah lagi dengan kenaikan BBM jenis Pertalite dan Solar.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Dalih DPR, harga keekonomian Pertalite bisa mencapai Rp 17.000 per liter saat ini. Enggak sekalian saja, harga keekonomian (baca: harga untung beliung) per liter Rp 30.000, disamakan dengan Singapura. Agar sejalan dengan curhatan Jokowi.

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Enak saja DPR menyetujui kenaikan BBM, bahkan menyebut angka 30 persen. Bukannya menolak, dan memberikan alternatif solusi, ini DPR seperti tukang stempel, hanya menjadi alat legitimasi eksekutif.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Jangan hanya berbusa bicara asumsi harga minyak sudah naik dari 65 dolar AS per barel menjadi 100 dolar AS per barel. Sebab, saat pandemi harga minyak dunia jatuh di bawah 20 dolar AS per barel, DPR tidak pernah bersuara menuntut penurunan harga BBM?

Berita Lainnya:
Terima Keluhan Warga soal Ganti Rugi Lahan, Jokowi: Meski Jabatan Presiden Sudah Selesai, Hati Saya untuk Bangsa Indonesia

Kalau alasan kenaikan harga BBM tak terelakan, karena subsidi akan membebani negara, membebani APBN. Pertanyaannya, DPR itu wakil rakyat atau wakil pemerintah? Harusnya DPR memikirkan beban rakyat, APBN biar diurus pemerintah.

Lagipula, kenapa logika APBN hanya dibaca atas kenaikan harga minyak dunia yang diklaim membebani APBN? Kenapa tidak membahas sejumlah komoditi lain yang justru menyumbang porsi penerimaan APBN, seperti komiditi batubara, nikel, sawit, dan lain-lain. Saat dunia kesulitan, Indonesia mendapat berkah dari kenaikan komoditi ini.

Misalnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 dilaporkan ikut menikmati kenaikan harga komoditas pertambangan. Setoran pajak dari sektor ini melonjak, naik paling tinggi di antara sektor-sektor lainnya.

Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, melaporkan penerimaan pajak dari sektor pertambangan pada Januari-Oktober 2021 tumbuh 43,4 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Januari-Oktober 2020, setoran pajak dari sektor ini anjlok 43,9 persen.

Berita Lainnya:
Wali Kelas Diperiksa Propam, Tegaskan Supriyani Tak Bersalah, Anak Aipda WH Mengaku Jatuh di Sawah

“Kinerja sektor pertambangan didorong oleh permintaan global dan meningkatnya harga komoditas tambang,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita periode November 2021, Kamis (25/11/2021).

Di bawah pertambangan, sektor perdagangan mengalami pertumbuhan tertinggi kedua yakni 25 persen. Tahun 2020, penerimaan pajak dari sektor ini sempat ambles 20 persen.

Kemudian ada sektor industri pengolahan yang setoran pajaknya naik 14,6 persen. Jauh membaik ketimbang tahun 2021 yang menyentuh angka 18,1 persen.

Apakah angka-angka ini tidak dibaca oleh DPR ? Apakah, mata DPR hanya melotot pada kenaikan harga BBM, tapi tutup mata pada kenaikan komoditi terutama sektor pertambangan yang menyumbang pemasukan APBN tinggi?

Kalau DPR kerjanya cuma mengaminkan rencana eksekutif, lebih baik DPR dibubarkan. Kalau DPR hanya mampu manggut-manggut atas rencana kenaikan BBM, jangan mengatasnamakan mewakili rakyat. Karena rakyat, ogah BBM naik.

Lagipula, sejumlah penghematan bisa dilakukan. Dari menunda proyek infrastruktur unfaedah, tunda IKN, tunda kereta cepat, periksa kebocoran alokasi subsidi energi, maksimalisasi sektor komoditi untuk menutup defisit APBN, dan masih banyak lagi.

Masak rakyat memilih dan menggaji DPR hanya untuk ikut menambah derita rakyat?

*(Penulis adalah Sastrawan Politik)


Reaksi & Komentar

إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ البقرة [166] Listen
[And they should consider that] when those who have been followed disassociate themselves from those who followed [them], and they [all] see the punishment, and cut off from them are the ties [of relationship], Al-Baqarah ( The Cow ) [166] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi