BANDA ACEH – Mungkin ada orang tua yang mulai khawatir kalau anaknya yang beranjak remaja mulai tertutup dan main rahasia. Ponselnya tiba-tiba diprivate dengan menggunakan kata kunci. Pintu kamarnya sering ditutup dari dalam. Atau menampakkan raut wajah tidak suka ketika didekati atau ditanya-tanya.
Tanda-tanda tersebut kerap dialami oleh orang tua seiring berjalannya waktu. Namun, ada baiknya kita sebagai orang tua agar tidak langsung berpikiran jelek.
Dilansir dari Verywell, keinginan bermain rahasia atau privasi adalah sesuatu yang alami, bagian dari proses mereka menuju dewasa. Sebagai anak yang beranjak remaja, mereka mulai menghadapi tantangan yang lebih berat. Mulai dari mempelajari tentang siapa diri mereka, di mana bisa merasa nyaman dan diterima, hingga apa yang ingin dilakukan atau cita-citakan dalam kehidupannya.
Jadi saat anak merahasiakan sesuatu, bukan berarti mereka sedang melakukan hal yang buruk. Malah kadang anak hanya sedang tidak siap menjelaskan atau sekadar enggan berbagi dan ingin menyimpan sesuatu untuk dirinya sendiri.
Namun tidak dipungkiri, bagi orang tua, fase bermain rahasia ini lebih sering ditanggapi negatif. Banyak orang tua dihantui segala pemberitaan tentang buruknya lingkungan pergaulan, internet, hingga ancaman pornografi dan narkoba. Saat anak remajanya mulai terlihat main rahasia dan menjaga jarak, reaksi berlebihanlah yang kerap keluar dari orang tua. Antara lain dengan langsung memberikan teguran, meminta penjelasan, bahkan hingga membuka paksa rahasia yang sedang anak jaga.
Apa risikonya jika orang tua tidak bisa menahan diri dan ingin memproteksi anak remajanya dengan ketat? Maka besar kemungkinan anak akan terhambat dalam hal kemandirian dan keberdayaannya. Selain itu, hubungan orang tua dan anak yang idealnya dibangun atas dasar rasa saling percaya jadi sulit terbentuk. Bukan tidak mungkin hubungan ke depannya akan diwarnai dengan sikap saling curiga dan saling lempar tuduhan yang mengada-ada.
Dengan memahami hubungan antara privasi dan kepercayaan, orang tua otomatis akan menahan dirinya agar tidak ikut campur terlalu dalam dengan urusan anak remajanya. Selalu ingat bahwa anak yang sedang bertumbuh menuju dewasa memiliki keinginan untuk dipercaya, dianggap dewasa, dan bisa bertanggungjawab. Memberi mereka ruang berarti memberi mereka kesempatan semaksimal mungkin untuk bertumbuh rasa percaya dirinya, keyakinan terhadap kemampuan dirinya, dan kemandiriannya.
Kapan saatnya orang tua harus melakukan interupsi? Gunakan insting dan hanya jika perilaku anak dalam menjaga rahasianya mulai terasa berlebihan. Misalnya, dibarengi reaksi marah atau benar-benar memutus komunikasi. Di sini orang tua perlu mulai mencari cara untuk mengetahui apa yang sebetulnya sedang terjadi. Namun sekali lagi, memaksa anak berterus terang bukanlah solusi terbaik.
Orang tua bisa memulai dengan menyelidiki diam-diam melalui lingkungan seperti pihak sekolah dan guru, teman-teman mainnya, atau media sosial yang digunakan. Coba juga untuk melakukan pendekatan sebagai sahabat kepada anak. Jangan ragu meminta bantuan ahli, seperti konselor atau psikolog, jika kemudian Anda sebagai orang tua menemukan sesuatu yang di luar dugaan atau tidak diharapkan.
Sumber: Tabloidbintang