HIBURAN

Tak Selalu Negatif, Bermain Gim Bisa Kembangkan Kepribadian Anak

BANDA ACEH – Kekhawatiran orang tua dan guru terhadap dampak bermain gim pada pelajar, kini ada solusinya. Hasil riset MABAR Esports Students Athlete Research menunjukkan bahwa bermain gim kompetitif dapat membantu pelajar mengembangkan kepribadian. Dengan dukungan dan wadah yang baik, bermain gim kompetitif bisa menjadi sarana aktualisasi diri sekaligus membentuk identitas pelajar cerdas berkarakter, serta mendorongnya menjadi Pelajar Pancasila.

Riset dilakukan oleh Tim Laboratorium Cognition, Affect, and Well-Being (CAW Lab) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) bersama MABAR.com, platform gim kompetitif khusus pelajar. Adapun riset dilakukan dengan membandingkan tiga grup pelajar: (1) pelajar competitive gamer, (2) pelajar casual gamer, (3) pelajar non-gamer. Dalam riset, ketiga grup mendapatkan tugas-tugas yang sama untuk mengukur kemampuan kognitif dan psikologisnya, hasilnya didapati kecenderungan bahwa bermain gim kompetitif lebih baik daripada bermain gim kasual.

“Setidaknya ada empat aspek kognitif dan psikologis utama dimana pelajar competitive gamer lebih unggul dibandingkan grup lainnya. Pertama, pada aspek kontrol respons yang membuat orang lebih fokus. Kedua, akurasi yang jauh lebih tinggi. Ketiga, kemampuan regulasi emosi yang lebih baik. Dan, keempat adalah kepribadian yang tidak impulsif dan tidak rentan stres,” jelas Psikolog Dr. Dyah T. Indirasari, M.A, Ketua Tim Peneliti dari CAW Lab Fakultas Psikologi Universitas Indonesia saat pemaparan hasil riset di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi di Jakarta, Kamis (1/9/2022).

Ketua CAW Lab Fakultas Psikologi UI Agnes Nauli S.W. Sianipar, M.Sc., Ph.D menambahkan, aspek-aspek tersebut merupakan bekal yang kuat dalam mengembangkan kepribadian yang baik bagi individu. Apalagi aspek kognitif seperti fungsi kontrol respons juga merupakan hal yang sangat mendasar dalam berbagai proses belajar akademik, olahraga, dan musik. Hasil riset turut menunjukkan esports dapat melatih daya juang atau grit para pelajar. Kemampuan ini paling menonjol ditunjukkan oleh grup pelajar competitive gamers dibandingkan kedua grup lainnya.

“Terdapat sejumlah anggapan bahwa generasi muda saat ini merupakan generasi stroberi atau lembek. Kami menemukan bahwa esports justru dapat meningkatkan grit pelajar. Dalam psikologi, grit dapat ditingkatkan bila seseorang memiliki tujuan, minat terkait tujuan tersebut, dan usaha yang kuat. Ketiga aspek tersebut terdapat di esports. Hasil riset juga menunjukkan bahwa grit dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi melalui esports,” ungkap Agnes.

Dari hasil penelitian ini pula didapati bahwa Competitive Gamers menggunakan esports sebagai wadah aktualisasi diri dan pembentukan identitas. Dyah menjelaskan dalam fase Perkembangan Psikososial, mewadahi minat pelajar di masa remajanya berperan penting membantu mereka membentuk identitas yang lebih positif. Karena dapat mewadahi kebutuhan aktualisasi diri, termasuk melalui esports.

Oleh karena itu CEO dan Co-Founder MABAR.com Aziz Hasibuan menilai wadah esports dapat menjawab kekhawatiran orang tua maupun guru terkait dampak bermain gim. Sebab, ada sejumlah perbedaan mendasar dari bermain gim secara kompetitif dan kasual. Pada gim kompetitif atau esports, sebuah tim pelajar perlu bekerja sama, menjalankan strategi, mengasah akurasi, sementara untuk pemain kasual aspek tersebut kurang terasa.

“Dari hasil riset ini, kami merekomendasikan agar sekolah melakukan intervensi pada minat bermain gim pelajar dengan memfasilitasi dan menjadikan sekolah sebagai Esports Development Center untuk Student Athlete. Dengan demikian, pelajar bisa memahami bagaimana mengarahkan hobinya bermain gim untuk mengembangkan karakternya, bukan sekadar kebutuhan hiburan,” terang Aziz.

Hal tersebut juga didorong oleh tingginya minat pelajar terhadap gim esport. Aziz menjelaskan platform MABAR.com dalam waktu kurang dari tiga bulan saja telah memiliki lebih dari 10 ribu pengguna dari 1.000 tim esports yang berasal dari 800 sekolah di 16 provinsi. Dengan minat setinggi ini dan potensi positifnya, sangat disayangkan kalau mereka tidak mendapatkan dukungan dan arahan.

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya