Anthony Budiawan Dituding Agitasi Oleh Anak Buah Sri Mulyani karena Paparkan Irasionalitas Kenaikan BBM
NASIONAL
NASIONAL

Anthony Budiawan Dituding Agitasi Oleh Anak Buah Sri Mulyani karena Paparkan Irasionalitas Kenaikan BBM

ADVERTISMENTS
Iklan Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H dari Bank Aceh Syariah
image_pdfimage_print

“Maaf Pak Anthony Budiawan, matematika seperti ini tampak memukau tapi ngawur,” kata Prastowo menjawab cuitan Anthony.

ADVERTISMENTS

Dia mengklaim, pemerintah menanggung selisih harga keekonomian BBM dengan harga jual. Sehingga, jika harga BBM tidak dinaikkan, pun anggaran subsidi BBM yang sebesar Rp 502 triliun akan habis dan harus bertambah sebanyak Rp 89 triliun sampai dengan Rp 147 triliun, tergantung Indonesia Crude Price (ICP).

“Maka kita alihkan (sebagian anggaran subsidi BBM) untuk BLT BBM (bantuan langsung tunai bahan bakar minyak) dan belanja produktif,” katanya.

ADVERTISMENTS

Dia menuturkan, anggaran subsidi BBM yang naik 3 kali lipat menjadi Rp 502 triliun dari sebelumnya Rp 152,5 triliun hanya cukup untuk memenuhi subsidi BBM sampai Oktober 2022, itu pun akibat kuota minyak mentah habis.

Berita Lainnya:
Video Mayor Teddy dengan Maruarar Sirait Viral, Netizen: Geli Banget Lihatnya...

“Maka harus ditambah dan otomatis subsidi meningkat. Dengan asumsi ICP 97 dolar Amerika Serikat (per barel), tanpa kenaikan harga BBM pemerintah harus menambah subsidi Rp 137 triliun. Jika 99 dolar Amerika Serikat (per barel) nambah Rp 151 triliun, dan bila 105 dolar Amerika Serikat akan butuh Rp 195 triliun,” bebernya.

ADVERTISMENTS

Penjelasan anak buah Sri Mulyani terkait sebab pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, dan kaitannya dengan kenaikkan anggaran subsidi BBM tersebut, dianggap tidak kontekstual dengan hitung-hitungan Anthony Budiawan soal keuntungan Pertamina dibalik pembebanan masyarakat di tengah surplus APBN 2022.

Berita Lainnya:
Menteri Kabinet Prabowo Sowan ke Solo, Wahyu Trenggono & Budi Gunadi: Jokowi Bos Saya

“Anda mengerti tweet saya? Berapa tambahan dana diperoleh (Pertamina) dari masyarakat akibat harga naik? Saya ulang: Pertalite: Rp 2.350 x 10 juta KL (konsumsi Sep-Dec/22) = Rp 23,5 triliun. Solar: Rp 1.650 x 5 juta KL = Rp8,25 triliun. Total Rp 31,75 triliun? Saya tidak bicara subsidi. Paham?” beber Anthony sembari bertanya.

Lantas, Prastowo menjawab; “Saya paham kok. Justru karena konsumen BBM ini belum tepat sasaran, maka harga disesuaikan. Efisiensi ini diperoleh dari kontribusi kelompok mampu, lalu kita redistribusi ke kelompok kurang mampu. Jadi terminologi rakyat ini agitatif karena faktanya 80 persen konsumen bukan sasaran,” ucapnya menjawab.

ADVERTISMENTS
Selamat & Sukses dr. Elfina Rachmi atas pengukuhan sebagai Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Persahabatan
1 2 3

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

ADVERTISMENTS