BANDA ACEH –Dalam beberapa hari terakhir, nama Bjorka menyedot perhatian di sosial media bahkan sampai mendapat atensi khusus dari pemerintah.
Bjorka merupakan hacker yang di awal kemunculannya membuat heboh dengan menjual data pribadi di forum Breach.to.
Hanya saja, pola tindakan Bjorka itu berubah menjadi membocorkan data pribadi petinggi-petinggi negara bahkan memaparkan skenario pembunuhan Munir.
Sang hacker mengaku aksinya membuat gaduh adalah untuk membalas jasa mendiang orang yang pernah mengurusnya sedari kecil. Orang tersebut ingin Indonesia maju tapi mendapat berbagai hambatan.
Bjorka awalnya menggarisbawahi inkompetensi pemerintah dalam menjaga keamanan data warga. Kemudian dia berubah seperti menjadi sosok anti-hero dengan mengungkap nama-nama yang sering dibicarakan.
Banyaknya orang yang meragukan motif sang hacker diikuti juga dengan kecurigaan terhadap sosok sang hacker. Tidak sedikit orang yang meyakini bahwa dia berasal dari Indonesia.
Asumsi itu muncul karena Bjorka diyakini paham betul mengenai keadaan politik Indonesia. Terlebih nama-nama orang yang data pribadinya dibocorkan bukanlah nama yang mudah dikenal di luar negeri.
Kecurigaan atas sosok Bjorka diangkat oleh pengguna Twitter bernama Angelina Dea dalam akunnya @angelinadeaid.
Alih-alih menyoroti motif sang hacker, Angelina lebih berfokus pada penggunaan bahasa Inggris Bjorka. Berikut beberapa kejanggalan yang dikumpulkan oleh Anglelina.
1. Penggunaan Kata Because di akhir kalimat
Bjorka pernah menuliskan kalimat dengan diawali kata because since. Menurut Angelina, because tidak boleh digunakan sebagai awal kalimat dalam Bahasa Inggris.
Penggunaan because atau karena di awal kalimat menunjukkan kebiasaan orang Indonesia seperti dalam pengucapan ‘karena…..’ dan ‘karena pada saat itu…’.
2. Penggunaan Founding
Ketika memaparkan skenario pembunuhan Munir, Bjorka menuliskan kalimat Founding Big Fish.
Penggunaan kata found memberi dua kemungkinan yaitu kesalahan mengetik atau sang hacker memahami Bahasa Indonesia sehingga menerjemahkan kata menemukan dengan founding.
Padahal kalau menggunakan alat penerjemah, kata yang akan muncul adalah finding atau found.
3. Penggunaan Tenses yang Tidak Konsisten
Bjorka menceritakan bahwa dia dirawat oleh seorang berusia tua dari Indonesia dalam salah satu pernyataannya.
Dalam narasinya itu, dia menuliskan has taken care dan wants to go back. Penggunaan has dan wants di sini secara tenses tidak konsisten.
Padahal dia sempat menulis “last year he just passed away”. Kalimat ini secara tenses benar. Ketidakonsistenan dalam memakai tenses menurut Angelina merupakan kesalahan umum yang dilakukan orang Indonesia.
4. Penggunaan a dalam Make a Noise
Bjorka sempat mencuit “let’s make a noise again today”. Angelina mengatakan bahwa noise atau suara bagi orang Indonesia merupakan kata kerja yang bisa dihitung.
Sementara itu, dalam Bahasa Inggris, suara merupakan kata kerja yang tidak bisa dihitung sehingga seharusnya kalimat itu adalah “let’s make some noise”.
5. Penggunaan Kalimat Penegasan
Kalimat penegasan hanya berlaku dalam Bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Inggris, penegasan tidak diperlukan karena artinya sudah terbentuk lewat penggunaan tenses di kalimat sebelumnya.
Bjorka pernah menuliskan, “Even though he is a smart old man” di akhir pernyataannya. Menurut Angelina, kalimat itu hanya dipakai di Bahasa Indonesia untuk membuat struktur kalimat utuh.
5. Penggunaan Idiom Have Breathed Free Air
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris mempunyai idiom berbeda untuk menunjukkan arti yang sama. Bjorka melakukan hal yang mencurigakan dengan menuliskan “have breathed free air”.
Have breathed fresh air apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti menghirup udara bebas. Idiom itu sendiri tidak ada dalam Bahasa Inggris.***