Pengalaman Ethical Hacker Beritahu Situs Polri Dibobol Hacker Luar, Malah Dibantah dan Diteror

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH –  Hacker Bjorka kini tengah viral dan sedang dicari pemerintah Indonesia karena aksinya meretas situs pemerintah hingga tokoh tanah air.

Hal ini cukup mengejutkan masyarakat, pasalnya situs pemerintah Indonesia ternyata dinilai sangat mudah untuk diretas oleh para hacker.

Namun fakta terungkap ketika seorang Ethical Hacker bernama Teguh secara blak- blakan menyebut jika situs Pemerintah Indonesia memang semudah itu diretas.

Hal tersebut diungkapkan oleh Teguh yang baru-baru ini hadir sebagai bintang tamu dalam acara Onad Hesti Meet Everybody dalam kanal YouTube NOICE pada Selasa, 13 September 2022 lalu.

Teguh yang merupakan ethical hacker atau seorang hacker yang menggunakan kemampuannya untuk hal-hal yang baik menyebut situs pemerintah telah jadi mainan anak-anak.

“Situs pemerintah bahkan sampe sekarang tu jadi mainan, jadi anak-anak yang baru belajar itu tes skillnya disana,” terang Teguh.

Pengalaman tersebut tak hanya dirasakannya saat ini saja, namun Teguhpun mengalaminya sendiri ketika dirinya menemukan kebobolan situs pemerintah lainnya.

“Tahun 2019 kemaren, gue nge-tweet doang tahun 2019. Polisi Polri lembaganya kebobolan, gue ngasih tau nih…ini saatnya berbenah nih… lo kebobolan!,” ungkapnya.

Tak hanya  memberitahu Polri, Teguhpun mengetahui siapa hacker dibalik peretasan situs Polri tersebut yang berasal dari luar negeri.

Bahkan sang hacker mengaku bahwa dirinya memiliki akses ke kepolisian, bisa mengganti data-data hingga bisa mempensiunkan polisi.

Namun peringatannya tak dihiraukan polisi hingga akhirnya pihak kepolisan membantahnya selang dua jam kemudian melalui Konferensi Pers.

“Seharusnya kan polisi yang melacak teroris, bukan teroris yang melacak polisi dan kebocoran data ini berbahaya, tujuannya ke arah sana,” bebernya.

“Akhirnya 2 jam kemudian mereka Konferensi Pers, membantah, ya malu kali kan ya ‘masa polisi yang keren kebobolan’,” sebut Teguh.

Tak disangka, malamnya Teguh diminta oleh kepala analisis divisi cyber Polri untuk menjadi  konsultan Bareskrim.

“Gue nggak mau. Gue selama ini emang nggak ngambil kerjaan dari lembaga pemerintah intinya, (dengan alasan) terlalu banyak konflik kepentingan,” ungkap Teguh.

Setelah menolak tawaran pekerjaan itulah, Teguh mendapat  teror melalui Whats App oleh seseorang yang tak dikenal.

“Jadi ada satu nomor di WA neror nomor gue fotonya display picturenya Batman, ngga ada nama, tapi orangnya gue cari dong,” terangnya.

Setelah menemukan nama si pemilik nomor, Iapun menelpon dan menanyakan tujuannya menelpon tapi tak mendapat jawaban.

Besoknya Teguh didatangi oleh lima orang berbadan besar yang mengaku ingin meminta bantuannya, tapi memaksa mengajak Teguh pergi saat itu juga.

Teguh yang curiga kemudian menelpon temannya yang seorang pengacara dan baru datang ke Bareskrim keesokan harinya.

“Intinya mereka minta bantuan gue ngasih tau semuanya. Bahkan gue ngasih tau soal informasi pelakunya emang orang Iran, tapi dengan nada marah marah,” beber Teguh.***

Exit mobile version