Jeffrey Dahmer Kanibal dan Peleceh Seksual Terkelam, Dipengaruhi Masa Kecil Kurang Bahagia

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Dahmer Monster: The Jeffrey Dahmer Story adalah mini seri biografi yang baru dirilis Netflix di bulan September menjadi trending, berdasarkan kisah nyata paling mengerikan di AS. Adalah Jeffrey Dahmer pembunuh berantai dari AS yang telah merenggut nyawa 17 pria sejak 1978 hingga 1991. Incarannya adalah para pria, Afrika-Amerika gay.

Dahmer menjatuhkan korbannya lewat minuman alkohol dan narkoba, atau ia akan memukulnya, mencekik. Dalam keadaan tidak sadar, Dahmer akan mengebor kepala mereka, dan memasukkan asam ke dalamnya. Ia menciptakan “Zombie” dan berhubungan intim dengan mayat-mayatnya. Setelah itu, ia akan memutilasi korbannya. Dahmer terkadang menyimpan tengkorak kepala atau alat kelamin korban, mengawetkannya sebagai suvenir. Sebagian lagi, potongan-potongan tubuh itu ia masak dan dimakan. Ya, ini nyata terjadi!

Jeffrey Lionel Dahmer lahir di Wisconsin pada 21 Mei 1960 dari pasangan Lionel dan Joce Dahmer. Saat kecil, Dahmer dikenal sebagai anak yang energik dan ceria hingga usia 4 tahun ia melakukan operasi hernia ganda atau inguinal, yang nampaknya berdampak pada perubahan sikap anak laki-laki ini.

Dahmer lahir di West Allis, Wisconsin, dari pasangan Lionel dan Joyce Dahmer. Lionel Dahmer, sang ayah bekerja sebagai ahli analisis kimia. Sekitar umur 8 tahun keluarga Dahmer pindah ke Bath, Ohio dan Jeffrey Dahmer kecil sekolah di Revere High School.

Jeffrey Dahmer (Dok Netflix)

Sejak kecil, Dahmer memperlihatkan ketertarikannya membedah binatang yang telah mati. Ayahnya, mendukung ketertarikan Dahmer ini. Setidaknya, putranya yang murung punya hobi. Begitu pikir ayahnya. Bersama Jeffrey, sang ayah suka mencari bangkai-bangkai binatang di jalan, dan ia mengajarinya membedah bagian demi bagian tubuh.

Kondisi pernikahan orang tuanya yang penuh pertengkaran, membuat Jeffrey Dahmer semakin menjadi anak pendiam. Ibunya mengalami gangguan jiwa, terlibat minum-minuman dan sering mengonsumsi obat penenang. Tidak ada ikatan antara Jeffrey dan ibunya. Ia seperti ditelantarkan, apalagi setelah kelahiran adiknya.

Ketika orang tuanya bercerai, ibu dan adiknya meninggalkan Jeffrey. Ayahnya menikah lagi, dan menitipkan Jeffrey pada neneknya. Rasa ditinggalkan, membuat Jeffrey semakin sepi dan tanpa kasih sayang.

Jeffrey remaja tumbuh menjadi seorang homoseksual. Ia senang berhubungan intim dengan benda mati, seperti manekin. Dan merasa terangsang saat membedah dan mengeluarkan jeroan dari binatang-binatang mati di kelas lab biologi.

Ketidakharmonisan pernikahan orangtuanya dan proses perceraian yang sengit beberapa tahun kemudian, yang diperkirakan menjadi katalisator dari pemikiran emosionalnya menjadi tindakan nyata. Ditambah, ajaran ayahnya membedah hewan di usia yang belum cukup yakni 5-6 tahun, membentuk dirinya menjadi Jeffrey si pembunuh berantai yang suka memutilasi dan kanibal.

Bayangkan di usia dini, ayahnya mengajari bagaimana mengebor kepala hewan, dan memasukkan asam ke dalamnya. Ini yang diaplikasikan Jeffrey kemudian kepada korban-korbannya di kemudian hari.

Rasa ditinggal, tak ada kasih sayang, yang mendorongnya membunuh korban-korbannya, dan mengawetkannya dalam bentuk potongan-potongan tubuh, yang disimpan di apartemen. Saat tertangkap polisi dan digeledah, ditemukan di apartemennya 3 kepala tengkorak, beberapa potongan tubuh yang diawetkan dalam cairan asam di satu tangki, beberapa tulang belulang, serta foto-foto berisi proses pembunuhan. Jeffrey Dahmer sosok yang sangat tenang secara emosional, pendiam, dan menjawab semua pertanyaan polisi, psikolog dengan jujur, tanpa perlawanan.

Sumber: Tabloidbintang

Exit mobile version