INTERNETTEKNOLOGI

Data Pelanggaan Diretas, Australia Perintahkan Perusahaan Telekomunikasi Ganti Rugi

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Pemerintah Australia memerintahkan raksasa telekomunikasi Optus untuk membayar biaya penggantian identitas jutaan pelanggan yang menjadi korban pencurian data.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Keputusan dalam kasus peretasan data terbesar di Australia itu disampaikan pada Kamis (29/9).

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Kasus yang menimpa sekitar 10 juta pelanggan Optus itu (atau setara dengan 40 persen populasi Australia) adalah akibat dari kesalahan Optus, sehingga anak perusahaan Singtel itu wajib bertanggung jawab, kata Asisten Menteri Perbendaharaan Stephen Jones.

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

“Optus jelas bertanggung jawab untuk membayar ongkos dan implikasi dari [kesalahan] ini kepada pelanggannya, apakah itu penggantian surat izin mengemudi, apakah itu penggantian paspor, atau kartu identitas penting lainnya,” kata Jones kepada pers di Sydney.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Dia tidak menyebut berapa biaya penggantian yang dimaksud.

Berita Lainnya:
Trending di X, Najwa Shihab Jadi Korban Sasaran Buzzer?
ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Optus telah meminta maaf atas peretasan itu dan mengatakan akan membayar biaya pemantauan transaksi selama setahun bagi pelanggan yang paling terdampak.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Komentar pejabat itu semakin membuat tegang hubungan antara pemerintah Australia dan penyedia telekomunikasi terbesar kedua di negara itu.

Para penyedia layanan internet, bank, dan badan pemerintah kini bergegas untuk meminimalkan risiko peretasan serupa.

Pemilik sebuah akun anonim di ruang percakapan daring menuntut tebusan uang 1 juta dolar (Rp 15,24 miliar) agar dia tidak menjual data pelanggan Optus.

Tuntutan itu kemudian ditarik dan sang pemilik akun meminta maaf atas tingginya publisitas kasus tersebut.

Optus dan penegak hukum belum memverifikasi tuntutan itu meskipun para pakar keamanan siber mengatakan kemungkinan besar tuntutan tersebut otentik.

Data pelanggan yang dicuri mencakup nomor paspor, nomor surat izin mengemudi, nomor asuransi kesehatan pemerintah, nomor telepon, dan alamat rumah.

Berita Lainnya:
Ribuan Unit iPhone 16 Masuk Indonesia tapi Tak Bisa Dijual, Erajaya Enggan Komentar

Kasus itu telah mendorong para pengamat dan anggota parlemen untuk meminta penggantian dokumen.

Sementara itu, para penyedia jasa internet mengatakan mereka menjalankan pemeriksaan ekstra terhadap keamanan siber untuk mengurangi risiko peretasan serupa.

“Mengingat kebocoran data Optus baru-baru ini, kami sedang bekerja sama dengan mitra keamanan siber kami dan badan pemerintah terkait untuk meningkatkan pemeriksaan,” kata seorang juru bicara penyedia internet TPG Telecom Ltd, yang melayani sekitar enam juta pelanggan.

Seorang juru bicara Telstra Corp, penyedia internet terbesar di Australia, mengatakan via surel, “Kami akan terus mempertimbangkan langkah-langkah apa yang perlu diambil sambil mempelajari lebih jauh insiden yang menimpa Optus.” []


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya