BANDA ACEH – Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Marives) Luhut Binsar Pandjaitan, sempat membuat heboh masyarakat karena celetukan politiknya beberapa waktu lalu.
Luhut saat itu mengatakan, belum ada kesempatan terbuka untuk nonJawa menjadi presiden di Indonesia.
Pernyataan ini sejatinya untuk menggambarkan Luhut sendiri. Dia mengklaim dirinya adalah warga double minoritas, karena bukan orang Jawa dan beragama Kristen.
Namun pernyataan Luhut ini memicu kontroversi hingga dicap rasis.
Banyak pihak memberikan tanggapannya, tak terkecuali Panglima Generasi Cinta Negeri (Gentari) Habib Umar Alhamid.
Ia bahkan mencurigai pernyataan Luhut itu adalah sinyalemen politikus senior tersebut mendukung salah satu bakal calon presiden.
Dikutip dari Wartaekonomi.co.id — jaringan Suara.com, Habib Umar menduga pernyataan Luhut itu ditujukan untuk Ketua DPR RI Puan Maharani yang digadang-gadang menjadi jago terkuat capres dari PDIP.
“Pernyataan Luhut itu diduga ditujukan ke Puan Maharani, putri Megawati dengan Taufik Kiemas yang asli Palembang Sumatera Selatan,” ujar Habib Umar kepada awak media, Kamis (29/9/2022).
Habib Umar juga menduga Luhut selama ini mendukung nama lain untuk menjadi pengganti Presiden Joko Widodo, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Pernyataan Luhut tersebut diduga bertujuan untuk mendukung Ganjar dan menjegal Puan,” katanya melanjutkan.
Padahal, dikatakan Habib Umar, semua nama yang muncul sebagai kandidat bakal capres 2024 adalah tokoh dari Jawa. Selain Puan dan Ganjar, kandidat seperti Prabowo Subianto dan Anies Baswedan juga berasal dari Jawa.
Karena itulah ia menyayangkan pula pernyataan Luhut yang dianggap tidak elok tersebut. “Jadi sebenarnya siapa yang disasar dan ditarget Pak Luhut dalam pernyataan yang tidak elok tersebut?” tutur Habib Umar.
Habib Umar Alhamid Menilai Pilpres 2024 adalah Momentum Perubahan
Panglima Gentari itu menilai Pemilu 2024 adalah waktu yang tepat untuk mencari pemimpin terbaik bagi Indonesia menuju era pembaruan. Karena itulah sebaiknya hindari politik identitas yang membawa perpecahan dan permusuhan.
“Sekarang ini kita sedang mencari pemimpin yang terbaik untuk mengubah nasib bangsa dan negara menuju era pembaruan yang sejuk damai dan terarah, yang mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya,” jelas Habib Umar.
“Pemimpin yang amanah, yang ucapannya dapat dipercaya, memiliki rasa tanggung jawab, bisa memberikan rasa keadilan bagi rakyat, serta dapat memperbaiki perekonomian bangsa yang kini mungkin memburuk,” lanjutnya.
Karena itulah ia mengimbau untuk kandidat yang merasa belum siap agar jangan memaksakan diri mencalonkan diri di Pemilu 2024. “Jika belum siap mengarahkan bangsa ini ke sistem era pembaruan,” pungkasnya menegaskan.
Luhut Sebut Bukan Orang Jawa Jangan Mimpi Jadi Presiden
Dalam pertemuannya dengan Rocky Gerung yang diunggah di kanal YouTube RGTV channel ID, Luhut mengaku sadar diri tidak bisa mencalonkan diri sebagai presiden.
Salah satu permasalahannya adalah karena ia bukan berasal dari suku Jawa. Luhut sendiri merupakan salah satu tokoh bangsa yang dilahirkan di Toba Samosir, Sumatera Utara.
“Harus tahu diri juga lah. Kalau kau enggak orang Jawa (lalu ikut) pemilihan langsung hari ini, udah lupain deh,” kata Luhut.
“Saya enggak tahu (kalau) 25 tahun lagi, (kalau sekarang) enggak usah memaksakan diri (mencalonkan diri sebagai presiden), sakit hati,” sambungnya.
Luhut lantas mengamini pernyataan Rocky Gerung soal situasi antropologi di Indonesia yang masih berdasarkan etnisitas. Namun Luhut juga tetap menyimpan harapan Indonesia bisa lebih adil kepada semua suku bangsa dalam beberapa tahun ke depan.