BANDA ACEH -Polri laga-lagi diterpa badai. Satu lagi jenderal bintang dua harus berurusan dengan dugaan tindak kriminal.
Setelah Ferdy Sambo, bintang dua yang tak kalah mengejutkan publik adalah soal ditangkapnya Kapolda Jatim, Teddy Minahasa.
Dari keterangan di kepolisian, Teddy Minahasa diduga melakukan penjualan narkoba jenis sabu.
Bahkan saat dilakukan tes narkoba, Teddy Minahasa dinyatakan positif.
Kini Teddy Minahasa kabarnya ada dalam tahanan khusus untuk diperiksa dan terancam kehilangan jabatannya.
Nama Irjen Teddy Minahasa di jajaran para elit Polri sangat tidak asing.
Perjalanan karier Teddy Minahasa disebut-sebut sangat moncer, sampai bisa jadi Kapolda tiga kali.
Sementara para jenderal lain yang lebih mumpuni, untuk bermimpi jadi kapolda saja tidak boleh.
Hal tersebut diungkap Eks Kabareskrim Polri, Komjen (Purn) Susno Duadji ketika bicara di TVOnes.
Secara terang-terangan mantan Kapolda Jabar ini mempertanyakan jenjang karier Irjen Pol Teddy Minahasa, yang sangat mulus seperti jalan tol.
Susno Duadji mencurigai kekayaan sang jenderal bintang dua tersebut ikut berpengaruh dalam kecemerlangan kariernya.
Dalam kacamata Susno Duadji, seseorang anggota Polri bisa mendapat promosi sebagai kapolda sampai tiga kali adalah sesuatu yang sangat janggal.
Karier Teddy Minahasa memang cukup mentereng di banding jenderal lainnya yang pernah menjabat sebagai kapolda.
Teddy Minahasa diketahui pernah tiga kali menjabat sebagai Kapolda dalam satu irisan gerbong tertentu.
Pertama, Teddy Minahasa pada tahun 2018 menjadi Kapolda Banten menggantikan Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang kini menjabat sebagai Kapolri.
Setelah itu, pada tahun 2021, Teddy Minahasa mendapat jabatan Kapolda Sumatera Barat.
Dan saat ini, Teddy Minahasa ditunjuk menjadi Kapolda Jawa Timur menggantikan Irjen Pol Nico Afinta yang diduga dalam posisi bermasalah.
Apa yang terjadi di tubuh Polri sehingga tidak mampu memberikan kontrol ketat pada anggotanya.
“Kok orang seperti Pak Teddy Minahasa bisa dipromosikan sampai tiga kali jadi Kapolda. Jabatannya strategis betul,” kata Susno Duadji dikutip tvOneNews, Jumat (14/10/2022).
Itu artinya kata Susno Duadji, lembaga Polri belum bisa secara efektif menyaring kepribadian seseorang maupun jejak karier masing-masing anggotanya meski dilengkapi kekuasaan.
“Artinya di dalam tubuh Polri sendiri tidak mampu memantau karier seseorang (anggota), tidak mampu memantau kepribadian seseorang (anggota Polri),” katanya.
Melihat apa yang terjadi pada Teddy Minahasa, Susno Duadji lantas menaruh curiga.
Dia bertanya-tanya, apakah jabatan strategis Teddy Minahasa diperoleh karena kekuatan uang sang jenderal.
“Saya juga curiga. Apakah karena Pak Teddy Minahasa ini punya kemampuan finansial yang lebih, sehingga dia dipromosikan sampai tiga kali jadi Kapolda,” ucap Susno Duadji.
“Saya pernah menyatakan dalam satu forum. Kok seperti tidak ada orang lain saja. Seorang jadi Kapolda sampai tiga kali sampai empat kali, sedangkan yang lain bermimpi saja tidak boleh,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, Teddy Minahasa ditangkap dan ditempatkan di ruang khusus.
Teddy Minahasa ditangkap karena diduga terlibat jaringan narkoba di tanah air tercinta Indonesia.
Kasus yang membelit Teddy Minahasa saat ini diduga menyalahgunakan jabatan Kapolda Sumatera Barat untuk bisa mendapatkan dan menjual barang bukti sabu 5 kg ke penadah di Jakarta.
Sebagai anggota Polri, Teddy Minahasa dikenal sebagai jenderal dengan kekayaan berlebih.
Pada 31 Desember 2021, Laporan Harta Kekayaan Negara (LHKPN) mencatat jika Teddy Minahasa memiliki kekayaan total sebesar Rp 29,9 miliar lebih.
Dia juga memiliki aset tanah dan persawahan di Kota Pasuruan dan Malang, Jawa Timur.
Jika dikalkulasi, kekayaan Teddy Minahasa memiliki nilai total aset hingga Rp 25 miliar.
Mantan Ketua Komunitas Harley Davidson Club Indonesia (HDCI), ditaksir memiliki nilai Rp 2 miliar dari kendaraan yang ada.
Nilai itu belum termasuk kendaraan mewah motor Harley Davidson Solo senilai Rp 650 juta hingga mobil Jeep Wrangler senilai Rp 750 juta.