BANDA ACEH – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengaku sejumlah kamera pengawas di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur sudah diganti sehingga penyelidikan terhadap tragedi 1 Oktober 2022 yang menewaskan lebih dari 132 orang itu menjadi terkendala.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan, CCTV itu memang diganti sebelum peristiwa berdarah, hanya saja pemasangan kamera pengawas itu tidak sempurna, alat itu tak bekerja maksimal. Komnas HAM sudah meminta keterangan para teknisi yang memasang kamera pengawas tersebut.
“Kami minta penjelasan kepada teknisi yang ada di sini (soal rekaman CCTV) secara rinci,” kata Anam, Jumat (21/10/2022).
Anam menjelaskan, dari keterangan para teknisi, disebutkan seluruh CCTV di stadion Kanjuruhan memang sedang dalam perbaikan sejak Jumat (30/9/2022), pada 1 Oktober 2022 atau saat peristiwa mengerikan itu terjadi perbaikan CCTV belum rampung dilakukan, imbasnya, banyak momen dalam kejadian itu yang tak terekam.
“Makanya ada yang terekam, ada yang tidak. Karena belum diinstal dengan sempurna. Itu penjelasannya, kami tadi bertemu dengan IT yang didampingi pengelola,” ujarnya.
Sementara untuk rekaman CCTV pada titik kedua, tepatnya yang merekam aktivitas mobil baracuda yang disebutkan baru berfungsi pada pukul 22.21 WIB pada Sabtu (1/10), Anam menyatakan bahwa ada rekaman lengkap sejak pukul 21.00 WIB.
“Soal yang di depan Baracuda, yang katanya sekian menit hilang, kami melihat videonya yang disebut jam 22.21 WIB baru mulai. Kami cek, ada juga mulai jam 21.00 WIB sampai 02.00 WIB pada 2 Oktober, itu ada,” katanya lagi.
Dia menambahkan Komnas HAM juga menyalin rekaman CCTV yang ada di Stadion Kanjuruhan pada malam kejadian tersebut. Penyalinan rekaman CCTV itu, termasuk hal-hal yang selama ini menjadi perhatian publik.
“Yang pasti saat ini sedang proses copy. Semua CCTV termasuk yang jadi concern publik apakah dihapus atau tidak,” katanya.
Selain melakukan pemeriksaan rekaman CCTV di Stadion Kanjuruhan, kedatangan Komnas HAM di Malang juga melakukan pengecekan terkait tiket pertandingan pada Dinas Pendapatan Kabupaten Malang dan melakukan pendalaman terkait batalnya rencana autopsi korban.
Pada Sabtu (1/10/2022), terjadi kericuhan seusai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.
Akibat kejadian itu, sebanyak 133 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu, dilaporkan juga ada ratusan orang yang mengalami luka ringan termasuk luka berat.