Trending Netflix! Kisah Inspiratif Father Stu, Mark Wahlberg Jatuh Bangun Hadapi Hidup

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Father Stu sebuah kisah nyata yag diangkat ke layar lebar, sudah sempat tayang di bioskop April lalu, kini hadir di Netflix dan dalam hitungan hari menempati posisi trending.
Sebuah kisah tentang penolakan demi penolakan hidup dan bagaimana iman yang kuat menyelamatkanmu dari momen paling sengsara sekalipun. Dibintangi oleh Mark Wahlberg.

Mark Wahlberg memerankan Stuart Long, seorang petinju amatir yang tersesat, tidak tahu apa yang menjadi panggilan hidupnya. Seorang pria urakan yang temperamen, menjalani hidup dengan tanpa arti dan tujuan, akrab dengan minuman keras, perkelahian, dan penjara. Dunia memberikannya semua alasan untuk marah dan membenci Tuhan.

Dikisahkan saat cedera mengakhiri karir tinju amatir-nya, Stuart pindah ke Los Angeles, mengejar karir untuk menjadi bintang Hollywood. Sambil menanti peluang menjadi aktor, ia bekerja sebagai pegawai supermarket dimana ia bisa mengenal banyak orang. Berharap bertemu seorang dari industri film Hollywood yang akan membawanya ke puncak kesuksesan.

Disana Stuart bertemu dengan Carmen (Teresa Ruiz), guru sekolah minggu gereja Katolik yang taat beragama. Ia pun tertarik dan berusaha mendekati Carmen yang kebal dengan pesona bad boy-nya. Bertekad untuk memenangkan hati sang wanita idaman, Stuart yang Agnostik rela pergi ke gereja dan dibaptis dengan maksud mempesona Carmen.

Setelah dibaptis dan mendapat cinta Carmen, tidak ada perubahan berarti dalam hidup Stuart. Hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan motor fatal.
Selamat dari kecelakaan motor mengerikan, Stuart memiliki kesempatan kedua untuk hidup dengan sudut pandang baru, mempertanyakan untuk apa Tuhan menyelamatkan dirinya yang tidak berharga?

Apakah kesempatan hidup yang ia peroleh adalah agar ia dapat membantu orang lain untuk menemukan jalan hidup mereka yang sebenarnya?
Tanpa ia ketahui tindakan tersebut menuntun pada jalan hidupnya sendiri hingga memutuskan untuk menjadi seorang Pastor. Ironis, niat dan perbuatan baik pun tidak mendatangkan hidup yang mudah, Stuart harus melalui berbagai rintangan dan penderitaan dalam pelayanan.

Keputusannya untuk menjadi seorang Pastor Katolik ditolak mentah-mentah oleh Carmen, kekasihnya, dan ditertawakan oleh orangtuanya.
Belum ditambah penyakit auto-imun yang membuatnya putus asa, dan sikap skeptis para pejabat gereja Katolik yang menolaknya sebagai Pastor.
Namun, seperti di atas ring pertandingan tinju, begitu pula kehidupan. kita tidak kalah saat kita jatuh terpukul, kita kalah saat kita tidak bangkit.

Sumber: Tabloidbintang

Exit mobile version