BANDA ACEH – Sebuah dokumen hasil pemeriksaan psikologi forensik terhadap 24 orang yang berada di lingkaran mendiang Nofriansyah Yosua Hutabarat semasa hidupnya belum lama ini terkuak.
Dalam dokumen milik Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) yang pemeriksaannya dipimpin langsung oleh ketua organisasi tersebut, Reni Kusumowardani, ada profil yang sama sekali berbeda antara Yosua di mata orang-orang yang berinteraksi dengannya di Jambi dengan yang di Jakarta.
Mereka yang menjadi sampel pemeriksaan terdiri dari banyak pihak, baik keluarga dekat, mantan rekan kerja maupun orang-orang yang kini menjadi terdakwa atas kasus pembunuhan berencana terhadap pria 27 tahun yang kini lebih dikenal dengan nama Brigadir J itu.
Di mata orangtua, pacar, keluarga dekat, sahabat masa kecil hingga mantan rekan kerjanya di Mapolda Jambi, Yosua dikenal sebagai sosok yang ceria, bersahaja, mampu mengendalikan emosi, rajin ke gereja serta tidak terlalu sering merokok dan meminum minuman beralkohol.
Namun, profil yang jauh berbeda didapat dari para rekan-rekannya sesama ajudan Ferdy Sambo, baik yang kini jadi terdakwa maupun yang tidak, salah satunya Kuat Maruf.
Menurut Kuat Maruf, Yosua adalah sosok yang songong dan tidak suka ditegur di depan orang.
Kuat Maruf juga menganggap Yosua sebagai sosok yang tidak tahu adab dan suka bercanda kelewatan.
Kuat masih mengingat momen saat puasa ramadhan 2022 silam.
Ia mengaku saat itu Yosua ada mengajaknya berbuka dengan daging babi.
Meski menyadari ucapan Yosua itu hanya gurauan, Kuat merasa candaan itu sudah berlebihan, apalagi dilontarkan oleh orang sudah terlanjur dicap berperangai buruk oleh orang-orang di sekitarnya.
Menurut Kuat, Yosua adalah sosok yang sering marah di hadapan rekan-rekan sesama ajudannya.
Kebiasaannya menendang bangku kosong dan membanting pintu saat marah membuatnya dianggap sebagai ajudan Sambo yang paling temperamental.