NASIONAL
NASIONAL

Kisah Kematian 11 Anggota Keluarga Burari India: Gegara Memuja Pohon Beringin

Pada Februari 2007, Bhopal Singh meninggal karena penyakit pernapasan. Membuat semua anggota keluarga tepukul, terutama Lalit.

Setelah kematiannya, selama 10 hari pendeta dipanggil untuk melakukan ritual “paath Garuda Purana” (doa).

Di suatu hari dari 10 hari itu, di tengah ritual doa tiba-tiba suara Lalit kembali, dan semua berkata “Daddy aa gaye” (Daddy telah kembali).

Lalit bercerita kepada salah satu pelanggannya, Naresh Yadav, pada 2008, bahwa ia mendapatkan kembali suaranya setelah ayahnya datang dalllam mimpinya dan memintanya melakukan ritual “puja”.

Rita Sharma (62 tahun) tetangga dekat keluarga Lalit, mengatakan bahwa semenjak kematian Bhopal Singh, keluarga Chundawat itu melakukan ritual kirtan.

Sharma biasa diundang oleh anak-anak Lalit dan Bhavnesh untuk ikut serta dalam ritual kirtan.

“Setiap malam sekitar jam 9 malam, mereka akan duduk bersama dan berdoa selama 15-30 menit. Anak-anak biasa bilang ‘Daddy ke aane ka time ho gaya’ (saatnya kakek datang),” kata Sharma, seperti yang dilansir dari The Hindu.

Selama ritual kirtan, Lalit biasa duduk di depan. Selama bertahun-tahun ia telah menggantikan peran Bhopal Singh dalam keluarga.

Pada 7 September 2007, nama Bhopal Singh pertama kali disebutkan dalam buku harian Lalit.

Pada tanggal itu, dituliskan bahwa “roh” Bhopal Singh meminta untuk menyimpan foto hitam putihnya.

“Mann mein dhyan yahi rakho ki Daddy meri purani aadatein chhut jaye” (berdoa agar kamu menyingkirkan kebiasaan lama).

Dituliskan dengan nada yang tegas hampir memarahi untuk semua anggota keluarga mengikuti instruksi. Mereka didekte untuk melakukan rutinitas sehari-hari, sebagai cara untuk memperbaiki keuangan keluarga.

Catatan buku harian itu memiliki pengaruh besar pada cara semua anggota keluarga menjalani kehidupan mereka selanjutnya.

Dhruv alias Dushyant (15 tahun) dan Shivam (15 tahun) adalah dua remaja laki-laki yang cerdas dan selalu mendapatkan nilai bagus dalam ujian.

Keduanya sangat menyukai sepeda motor dan mobil, yang tidak dimiliki keluarga mereka.

Menurut teman mereka, Jatin, kedunya biasa belajar setidaknya 2 jam sebelum pergi main di malam hari.

“Kami dulu bermain kriket dan bersepeda hampir setiap hari. Tetapi, entah kenapa mereka tidak datang bermain di minggi terakhir Juni (2018),” kata Jatin (15 tahun).

Jatin mengatakan baik Dhruv dan Sivan sangat “takut akan Tuhan” di bandingkan teman-teman seusia mereka.

“Pada hari Minggu mereka biasa menyembah matahari dengan mempersembahkan air. Anak laki-laki seusia kamai biasanya tidak melakukan itu,” kata Jatin.

Sementara teman yang lain berkata, kedua remaja itu tidak memiliki akses ke laptop dan ponsel. Keduanya hanya bisa menggunakan komputer di rumah dengan pengawasan orang yang lebih tua.

Para tetangga juga bercerita kepada polisi bahwa Dhruv sering mengatakan kepada anak-anak di daerah Burari bahwa “paman (Lalit) sering dirasuki roh kakek”.

Kasus psikosis bersama dari kisah kematian 11 anggota keluarga Burari India

Tunangan Priyanka mengatakan bahwa dia adalah wanita normal dan tidak pernah menyinggung tentang praktik “gaib”.

Sebelumnya, dia juga tidak menunjukkan perilaku ingin bunuh diri.

Temuan-temuan membuat polisi percaya bahwa kematian 11 anggota keluarga itu menderita “psikosis bersama”, lebih dari sekedar pengalaman gaib.

Psikosis bersama artinya bahwa keyakinan delusi ditransmisikan dari satu orang ke orang lain.

Dalam kasus ini, Lalit Bhatia (45 tahun) adalah orang yang mengalami delusi berbicara dengan ayahnya yang telah meninggal. Keyakinannya kemudian didukung oleh anggota keluarga lainnya yang ikut percaya.

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya