Dulu Sekubu, Kini NasDem Salahkan Ahok Terkait Politik Identitas di Jakarta: Tafsir Ayat Semaunya!

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
image_pdfimage_print

BANDA ACEH –Pilkada DKI Jakarta pada 2016 sering kali disangkut pautkan dengan politik identitas. Duel antara Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) diwarnai polarosasi berbasis agama.

ADVERTISEMENTS
ad39

Membahas soal Pilkada DKI kala itu, NasDem yang dulu mati-matian mendukung Ahok kini menyebut bahwa politik identitas adalah kesalahan dari Ahok sendiri.

ADVERTISEMENTS

Hal ini dinyatakan sendiri oleh Ketua DPP Partai NasDem Effendy Choirie atau Gus Choi. Dia berpendapat bahwa tidak cocok bahwa politik identitas ditempelkan pada Anies sebab harusnya pada Ahok.

ADVERTISEMENTS

Diketahui bahwa belakangan NasDem sudah mendeklarasikan Anies menjadi bakal calon presiden (capres) di 2024 mendatang.

ADVERTISEMENTS

“Lahirnya pemilihan Jakarta yang seperti itu sebetulnya faktornya bukan Anies tapi Ahok, orang Kristen, China mengutip ayat Al-Quran, berangkatnya dari situ, yang menafsirkan ayat semaunya, di sini titik tolaknya,” kata Gus Choi

ADVERTISEMENTS

“Lalu kemudian ada reaksi dari aksi Ahok, reaksi yang berbau agama lalu dijadikan satu framing seolah politik identitas dan dialamatkan ke Anies,” imbuhnya.

ADVERTISEMENTS

Menurutnya faktor utama mencuat politik identitas berasal dari Ahok sendiri, bukan dari Anies dan pendukungnya.

“Jadi faktor utamanya yang menampilkan politik identitas adalah Ahok yang waktu itu kita dukung karena kinerjanya segala macam,” ungkap Gus Choi.

“Jadi kalau ngangkat politik identitas mari kita lihat ujung permasalahannya, kan Ahok kita lihat sejarah ke belakang, saya ikut kok saya menjadi saksi waktu itu,” imbuhnya.

Pada perdebatan tersebut Gus Choi menyebutkan bahwa menjuluki Anies sebagai bapak politik identitas adalah hal yang keliru.

“Anies dijuluki bapak politik identitas ini enggak fair, kemudian kearab-araban apa bedanya dengan ke China-Chinaan kan punya hak yang sama,” ujar Gus Choi.

“Kita hanya berbeda selera piliham, warna, komitemen kita. Jangan ajari kami tentang nasionalisme kami fasih menjelaskan butir pancasila itu dengan dimensi keagamaan.”

Exit mobile version