NASIONAL
NASIONAL

Untuk Memimpin Indonesia Periode 2024-2029 Membutuhkan Presiden yang Memahami Geopolitik

image_pdfimage_print

BANDA ACEH -Untuk memimpin Indonesia periode 2024-2029 membutuhkan presiden yang memahami geopolitik, kata Ketua Relawan Pendekar Indonesia Hendrawan Saragi.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

“Giliran semua pihak untuk memindai calon presiden 2024-2029 yang akan memikul tanggung jawab kepemimpinan geopolitik untuk menjaga perdamaian dunia, untuk menyelamatkan peradaban, dan melayani umat manusia,” kata Hendrawan Saragi dalam keterangan tertulis, hari ini.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, kata Hendrawan, tentu memiliki tantangan yang dihadapkan dengan perubahan drastis dalam lanskap internasional, terutama upaya eksternal untuk memeras dan memberikan tekanan.

Berita Lainnya:
Polisi Tangkap 11 Orang Terkait Judi Online, Sebagian Oknum Pejabat dan Pegawai Kementerian Komdigi
ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

“Karena itu mesti menjaga keseimbangan kekuatan pertahanan melawan kekuatan jahat di mana-mana, di Eropa dan Asia dan Afrika, di Atlantik dan Pasifik, baik di darat, udara dan laut,” kata dia.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Itu sebabnya, kata Hendrawan, dibutuhkan calon presiden yang paham akan geopolitik. Dia mengajak untuk kembali mengulang masa kejayaan pendiri bangsa Presiden Soekarno yang memiliki rasa cinta kebebasan politik.

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

“Kiranya ada pemimpin yang muncul dengan ketegasannya, kecerdasannya, sehingga pantas memperjuangkannya,” kata dia.

Berita Lainnya:
Kronologi Ibu di Batam Rantai Leher Anaknya Gegara Kesal HP Disembunyikan, Kepala Korban Bocor
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Hendrawan mengatakan Soekarno dan tokoh bangsa lainnya yang memimpin kelahiran Negara Indonesia bisa disebut sosok yang non-intervensi, memberikan alternatif dalam dalam to build the world a new (membangun dunia yang baru).

“Ini adalah sebuah peradaban yang khas dan potensi warisan pendiri negara kita. Dalam praktiknya, kata-kata itu berarti tidak ada campur tangan dalam kontroversi dan perang dan penolakan terhadap intrusi kekuatan, sistem, dan ambisi negara mana saja,” kata dia.


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya