Banda Aceh- Seekor Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) yang ditangkap tim gabungan BKSDA Aceh, TNGL, KPH Wilayah IV, WCS, FKL, TNI/Polri di Aceh Selatan pada Sabtu 4 Februari 2023 kini menjalani perawatan medis di Balai Konservasi Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh Selatan, Senin (6/2/2023).
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Ariyanto menyatakan harimau yang masuk perangkap kandang dua hari lalu itu saat ini sudah menjalani observasi pengecekan kesehatan oleh tim medis.
“Saat ini tim medis sudah mulai melakukan pemeriksaan menyeluruh tidak hanya terkait luka yang ada tapi juga penyakit lainnya,” kata Agus (6/02/2023).
Sebanyak lima orang dokter hewan dari BKSDA Aceh dan FKL diterjunkan ke lapangan untuk mengecek kondisi harimau sumatera tersebut. Ada 4 luka sayatan di bagian punggung, rahang, pipi, dan kepala.
Berdasarkan hasil observasi tim medis, harimau tersebut berjenis kelamin betina (3-4 tahun).
Istafan (Manager Leuser Rescue Team) Forum Konservasi Leuser menyampaikan, sejauh ini tim medis sudah melakukan penanganan dengan menjahit empat luka di bagian tubuh satwa lindung tersebut dan mengambil sampel darah untuk selanjutnya dilakukan uji laboratorium.
“Kemarin (Minggu, 5/02/2023) sekitar jam 14.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB kita sudah melakukan penanganan medis yaitu menjahit bagian luka pada tubuh harimau dan pengambilan sampel darah untuk mendeteksi apakah ada gejala penyakit lainnya,” kata Istafan pada wartawan Lensakita.com (6/2/2023).
Jika memang secara medis dinyatakan sudah siap untuk dilepasliarkan, pihak BKSDA Aceh akan berkoordinasi lagi untuk mengembalikannya ke habitat alami satwa liar tersebut.
“Sampai saat ini BKSDA Aceh masih mendiskusikan lokasi pelepasan liar harimau tersebut dan pastinya di dalam Taman Nasional Gunung Leuser,” ucap Agus.
Terkait dua serangan harimau di Simpali, BKSDA Aceh belum bisa memastikan apakah harimau tersebut merupakan harimau yang menyerang korban. Namun jika dilihat dari radius penangkapan dan kejadian yang tidak terlalu jauh, ada kemungkinan bahwa harimau tersebut adalah satwa liar yang menyerang korban.
“Kita belum bisa memastikan apakah itu harimau yang menyerang korban, namun dari radius lokasi kejadian, kemungkinan besar itu harimau yang sama dan pihak kita akan terus telusuri dan kaji lebih dalam,” kata Agus.
Menurut Agus, kasus penyerangan harimau itu terjadi karena korban memasuki wilayah hutan lindung, yang tidak diperbolehkan memasukinya.
“Berdasarkan infomasi yang kami peroleh, penyerangan terhadap korban terjadi di dalam kawasan hutan lindung dan kebunnya di bagian bawah hutan yang kemungkinan ada aktivitas lain,” tutur Agus Ariyanto, Kepala BKSDA Aceh.
Usai mendapatkan informasi ada penyerangan harimau terhadap warga yang beraktivitas di kawasan Gunung Simpali, Aceh Selatan. BKSDA Aceh bersama tim gabungan lainnya langsung turun ke lapangan untuk melakukan pemasangan kandang jebak guna evakuasi harimau sumatera.
“Kita mendapatkan informasi dari warga bahwa korban sempat mempertahankan diri secara spontan sehingga menyebabkan harimau itu terluka. Menindak lanjuti hal itu, tim melakukan upaya penyelamatan terhadap satwa liar tersebut dengan memasang kandang jebak untuk melakukan observasi kesehatan,” kata Agus.
Pemasangan kandang jebak ditempatkan di bawah kawasan Gunung Simpali untuk antisipasi harimau keluar ke pemukiman warga.
Pada Sabtu, (4/02/2023) tim gabungan BKSDA Aceh berhasil menangkap satu ekor harimau sumatera dengan kondisi beberapa luka sayatan di bagian tubuh.
BKSDA Aceh bersama dengan aparat setempat menghimbau agar masyarakat tidak merusak hutan yang menjadi habitat satwa liar. Diketahui, di wilayah tersebut ada beberapa aktivitas perburuan liar yang berdampak pada konflik manusia dan satwa liar.