ACEH

Sedapnya Kuah Beulangong, Merawat Tradisi Kenduri Nuzulul Quran di Aceh

BANDA ACEH – Aroma khas kuah beulangong tercium di halaman depan Masjid Raudhatul Jannah, Desa Pango Raya, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh, Sabtu (8/4/2023).

Baca juga: Dinas ESDM Aceh Buka Posko Penukaran Tabung LPG Non Subsidi Bagi ASN

Sejumlah warga bergotong royong dalam memasak kuliner tradisional khas Aceh itu. Sebanyak 18 Beulangong (kuali besar) berjajar rapi, beberapa warga sibuk mengaduk gulai dan beberapa orang lainnya menjaga agar api tetap hidup.

Tokoh Masyarakat Desa Pango Raya, Taufik menyebutkan, kegiatan masak Kuah Beulangong ini merupakan rangkaian kegiatan dalam memperingati Nuzulul Quran (turunya Al-Qur’an ke bumi) sekaligus kenduri tamat tadarus.

Baca juga: Pengurus FJL Aceh Periode 2023-2026 Dikukuhkan

“Kenduri ini setiap tahun kita selenggarakan untuk memperingati Nuzulul Qur’an, kalau kita menyebutnya kenduri tamat tadarus,” ucapnya.

Nuzulul Qur’an merupakan peristiwa pertama sekali Rasulullah SAW menerima wahyu dari Allah melalui malaikat Jibril yang menjadi peristiwa pertama turunnya Al-Qur’an pada 17 Ramadhan.

Taufik juga mengatakan, kenduri ini sudah menjadi tradisi turun temurun dari para leluhur. Selain memperingati Nuzulul Qur’an, tradisi ini juga untuk meningkatkan tali silaturrahmi sesama masyarakat. Terbukti dengan diselenggarakan acara tersebut.

“Untuk pembelian daging yang kita masak hari ini, merupakan hasil sedekah masyarakat Desa Pango Raya, ada juga yang sedekahkan satu ekor sapi, tentu ini bukan paksaan tetapi dorongan hati untuk berbagi,” kata Taufik.

Sebanyak 550 kilogram daging sapi itu dicampur dengan buah pisang dan bumbu rempah-rempah pilihan khas masakan masyarakat Aceh.

Bobok satu kuali besar itu dapat memasak lebih kurang 30 kilogram daging sapi.

Ia menjelaskan, dalam proses mengumpulkan dana untuk pembelian daging hingga memasak semua dilakukan oleh warga Desa Pango Raya secara bergotong royong.

“Persiapan memasak kuah beulangong ini sudah dari kemarin, mulai dari memotong sapi dan membersihkan daging hingga hari ini proses memasak kita lakukan secara gotong royong,” tuturnya.

Selesai shalat zuhur, pengeras suara di Masjid Raudhatul Jannah itu memberikan pengumuman kepada masyarakat agar segera mengambil kuah beulangong, tak lupa panitia menyampaikan agar masyarakat membawa kupon yang sudah dibagi masing-masing kepala keluarga. Masyarakat pun berbondong-bondong membawa tempatnya masing-masing.

Taufik menyampaikan kandungan nilai positif dalam kenduri ini ialah merekatkan tali silaturrahmi sesama masyarakat dan dengan desa tetangga dalam hidup berdampingan.

“Setelah kita bagikan ke masyarakat penduduk Desa Pango Raya, kemudian kita akan memasak 3 kuali lagi untuk tamu undangan yang akan kita berikan saat buka puasa bersama di Masjid Raudhatul Jannah,” katanya.

Jelasnya, empat hari sebelum acara, panitia sudah memberikan undangan ke beberapa desa tetangga untuk hadir dan menikmati hidangan saat berbuka bersama.[]


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya