Jumat, 01/11/2024 - 13:28 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan 3 Pj Bupati dan Pj Walikota di Provinsi Aceh
OPINI
OPINI

Berusia Setengah Abad sejak 6/8/1973 sd 6/8/2023: Meluruskan Kembali Sejarah Lahirnya Bank Aceh

Khalil Ismail adalah Direktur Kepatuhan Bank Aceh periode 2006–2010. FOTO/Dok. Pribadi
Khalil Ismail adalah Direktur Kepatuhan Bank Aceh periode 2006-2010. FOTO/Dok. Pribadi

Penulis: Khalil Ismail**

SYUKUR Alhamdulillah..! Pada hari Ahad tanggal 6 Agustus 2023 para Karyawan, Karyawati, Keluarga Besar Bank Aceh, para Stakeholder dan seluruh rakyat di Provinsi Aceh patut bersyukur atas Hari Jadi Bank Aceh yang ke 50 tahun.

Bagi sebuah perusahaan yang menggeluti bidang perbankan bisa mencapai usia setengan abad patut disyukuri dan diapresiasi, karena perbankan di negara manapun adalah jenis usaha yang penuh resiko dan ketidakpastian, berkendala dan penuh hambatan yang bisa datang secara tiba-tiba, tidak terduga dan bahkan sulit untuk diprediksi meski sudah diperhitungkan dengan cermat di dalam rencana kerja.

Terlebih di Indonesia, resiko dan ketidakpastian sangat terasa, seperti halnya di sektor ekonomi, perdagangan, hukum, politik dan keamanan. Selain faktor internal juga faktor eksternal, seperti isu-isu global yang terkait dengan harga emas, minyak, nilai tukar mata uang, resesi, peperangan, bahkan serangan penyakit seperti Covid-19 yang telah melanda Indonesia beberapa waktu yang lalu. Hal-hal yang kita sebutkan di atas, telah, sedang dan akan dihadapi oleh Bank Aceh.

Berbicara tentang Bank Aceh pada usia ke 50, bukan hanya tentang prestasi dan pertumbuhan yang telah dicapai. Akan tetapi yang tidak kurang pentingnya, khususnya kepada pihak Bank Aceh adalah melihat dan mempelajari kembali sejarah lahirnya Bank Aceh.

Sejarah Lahirnya Bank Aceh

Peringatan Hari Jadi (Milad) atau HUT Bank Aceh yang diperingati pada setiap tanggal 6 Agustus, telah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu. Tidak ada yang salah kelihatannya, karena di dalam informasi yang ditampilkan ke publik, bahwa Hari Jadi Bank Aceh (termasuk usia ke 50 ini) dihitung sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh Nomor : 54/1973 tentang Penetapan Pelaksanaan Pengalihan  PT, Bank Kesejahteraan Aceh, NV menjadi Bank Pembangunan Daerah (BPD) Istimewan Aceh. Pengalihan status, baik  bentuk hukum, hak dan kewajiban dan lainnya secara resmi terlaksana pada tanggal 6 Agustus 1973, yang dianggap sebagai hari lahirnya Bank Aceh.

Namun, jika kita membuka dan melihat kembali sejarah yang menyangkut dengan tanggal dan tahun lahirnya Bank Aceh, patut dipertanyakan, benarkah tanggal 6 Agustus hari lahirnya Bank Aceh?.

Untuk mengetahui dan menjawab pertanyaan tersebut, saya pribadi punya kisah dialog dengan seorang Tokoh Aceh, yaitu Almarhum Bapak Prof H. Ali Hasyimi mantan Gubernur Daerah Istimewa Aceh masa jabatan 1957 – 1964 (dua kali masa jabatan), yang juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan, tokoh politik, seorang sastrawan dan ulama Aceh.

Pertemuan terjadi ketika pada suatu hari (hari dan tanggalnya saya lupa) sekitar bulan Juli 1995, menjelang ulang tahun Bank Aceh ke 22, Bapak Ali Hasyimi sedang menunggu antrian transaksi di teller. Saya mempersilahkan beliau untuk menunggu di ruang tamu wakil pemimpin, tapi beliau menolak dengan halus.

Sebagai penghormatan saya kepada beliau, saya duduk di samping beliau sambil mengobrol. Saat itu beliau menanyakan “Kapan Ulang Tahun BPD”, saya menjawab pada tanggal 6 Agustsus. Beliau secara spontan mengatakan bahwa Hari Jadi BPD bukan tanggal 6 Agustus, tetapi pada saat BPD didirikan. Ini berarti perhitungan kapan hari lahir BPD harus dihitung sejak secara sah mendapat pengesahan Bentuk Hukum dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor : J.A.5/22/9 tanggal 18 Maret 1960, setelah sebelumnya telah mendapat izin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia, yaitu pada tanggal 2 Februari 1960 melalui Surat Keputusan Nomor 12096/BUM/II, dengan nama PT. Bank Kesejahteraan Aceh, NV, dengan susunan pengurus Bank adalah Teuku Djafar sebagai Direktur, sedangkan Komisaris dijabat oleh Teuku Soelaiman Polem, Abdullah Bin Mohammad Hoesin, dan Moehammad Sanusi.

Untuk memperkuat argument Bapak Ali Hasymi, coba kita buka dan lihat kembali sejarah Bank ini, bahwa berdirinya PT. Bank Kesejahteraan Aceh, NV (kemudian berubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, Bank BPD Aceh, dan sekarang menjadi Bank Aceh Syariah merupakan prakarsa dari Dewan Pemerintah Daerah Provinsi Aceh, setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Peralihan.

Pemerintah Provinsi Aceh di Kutaraja (sekarang Banda Aceh) dengan Surat Keputusan Nomor : 7/DPRD/5 tanggal 7 September 1957, beberapa orang mewakili Pemerintah Daerah menghadap Mula Pangihutan Tamboenan, Wakil Notaris di Kutaraja untuk mendirikan suatu Bank dengan bentuk Perseroan Terbatas, yang bernama PT. Bank Kesejahteraan Aceh, NV, dengan Modal Dasar ditetapkan sebesar Rp.25.000.000,- (Dua Puluh Lima Juta Rupiah).

Selanjutnya, dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor : 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, semua Bank milik pemerintah daerah yang sudah berdiri sebelumnya, harus menyesuaikan diri dengan Undang-Undang tersebut. Untuk memenuhi ketentuan ini, maka pada tahun 1963 Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Aceh membuat Peraturan Daerah (PERDA) Nomor : 12 Tahun 1963 sebagai landasan hukum berdirinya BANK PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA ACEH.

Sepuluh tahun kemudian, atau tepatnya pada tanggal 7 April  1973, Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh mengeluarkan Surat Keputusan Nomor : 54/1973 tentang Penetapan Pelaksanaan Pengalihan PT. Bank Kesejahteraan Aceh, NV menjadi Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh. Peralihan status, baik bentuk hukum, hak dan kewajiban dan lainnya secara resmi terlaksana pada tanggal 6 AGUSTUS 1973, yang DIANGGAP, sekali lagi – DIANGGAP sebagai HARI LAHIR BANK PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA ACEH.

Paparan sejarah Bank Aceh yang saya sampaikan ini sudah cukup untuk membuktikan kebenaran argumen dan saran dari Bapak Prof. Ali Hasymi. Saya pribadi membenarkan dan sangat setuju, bahwa kita harus melihat dan menela’ah kembali secara ril, kebenaran hari lahirnya Bank Aceh yang kita cintai ini.

Bagaimana Sikap Kita Selanjutnya?

Berani merubah sebuah sejarah yang keliru adalah juga SEJARAH. Membiarkan sejarah yang keliru adalah suatu KESALAHAN SEJARAH.

Oleh karenanya, diperlukan suatu keinginan dari kalangan internal Bank Aceh, semua stakeholder (para Pemegang Saham), tokoh-tokoh masyarakat, para akademisi, pakar hukum dan pihak Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) untuk duduk bersama dalam suatu seminar yang mungkin bertema “PENENTUAN HARI LAHIR BANK ACEH”, untuk mencari kebenaran kapan sesungguhnya hari lahirnya Bank Aceh?”.

Jangan lagi membiarkan kekeliruan yang terpampang di depan mata, dikarenakan pendirian Bank Aceh ini merupakan sebuah tonggak sejarah, dan tercatat di dalam “buku sejarah Bank Aceh”, maka tidak boleh kita mewariskan sebuah sejarah yang keliru kepada generasi berikutnya.

Tidak mungkin seorang tokoh sekelas Bapak Prof. Ali Hasymi menolak sebuah sejarah yang benar tentang tangal lahir Bank Aceh. Tetapi karena beliau seorang sejarahwan, seorang pelaku sejarah, maka beliau menolak penetapan tanggal 6 Agustus sebagai hari lahirnya Bank Aceh.

Di akhir tulisan ini, sebagai orang  yang pernah menjadi “Abdi Dalem”, saya mengucapkan selamat Milad Bank Aceh Syariah yang ke 50 tahun. Harapan kita semua kepada pengurus dan seluruh karyawan, bekerjalah dengan hati yang ikhlas, semoga Bank Aceh terus bisa menjadi “matahari” bagi negeri dan berguna bagi semua.[]

**). Penulis adalah Direktur Kepatuhan Bank Aceh periode 2006–2010

Desain Logo dan Tema HUT Bank Aceh ke 50 Tahun

Reaksi & Komentar

وَلَا تَنكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ ۚ وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ ۗ وَلَا تُنكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُوا ۚ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ ۗ أُولَٰئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ ۖ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ ۖ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ البقرة [221] Listen
And do not marry polytheistic women until they believe. And a believing slave woman is better than a polytheist, even though she might please you. And do not marry polytheistic men [to your women] until they believe. And a believing slave is better than a polytheist, even though he might please you. Those invite [you] to the Fire, but Allah invites to Paradise and to forgiveness, by His permission. And He makes clear His verses to the people that perhaps they may remember. Al-Baqarah ( The Cow ) [221] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi