ELECTRIC Vehicle (EV) adalah kendaraan yang menggunakan aliran listrik 100% dengan menggunakan baterai elektrik yang perlu diisi ulang. Salah satu keunggulan utama yang ditawarkan oleh mobil listrik adalah pengalaman perjalanan yang lebih halus dan nyaman jika dibandingkan dengan mobil berbahan bakar konvensional. Keuntungan positif terbesar dari teknologi EV ini adalah pengurangan emisi karbon karena hanya mengeluarkan energi panas bukan karbondioksida.
Indonesia telah menyatakan kesiapannya untuk memasuki era kendaraan listrik, melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) untuk Transportasi Jalan. Kemudian disahkannya, peraturan turunannya seperti Peraturan Pemerintah 73/2019 yang mengatur tentang pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) (Katadata.co.id, 2023).
Menteri Perindustrian Agung Gumiwang Kartasasmita dalam acara webinar yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Industri (Forwin) dengan tema “Quo Vadis Industri Otomotif Indonesia di Era Elektrifikasi”, Jumat, 15 Oktober 2021 mengatakan kebijakan ini sudah masuk dalam Rencana Pengembangan Industri Nasional (RIPIN), prioritas pengembangan industri otomotif pada periode 2020 – 2035 yaitu pengembangan kendaraan listrik beserta komponen utamanya seperti baterai, motor listrik, dan inverter. (kemenperin.go.id, 16/10/2021).
Mengemuka kembali bak alur sinetron dengan ujungnya pemerintah kembali mengeluarkan keputusan perubahan skema kuota untuk impor mobil listrik Completely Build Up (CBU) berbasis baterai dengan fasilitas insentif ( cnbcindonesia.com, 18/8/2023). Deputi Koordinator Bidang Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin mengatakan impor EV dalam bentuk CBU menggunakan sistem kuota supaya kran impor terbuka secukupnya.
Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko yang juga sebagai Ketua Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia juga mengatakan insentif ini berupa kemudahan, seperti relaksasi pajak PPN, penyesuaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan relaksasi impor kendaraan CBU hingga 2026.
Artinya ini ada upaya percepatan sehingga perlu ada revisi Perpres no 55 tahun 2019 yang sudah ada sebelumnya. Dimana yang semula para pengusaha otomotif yang hendak berinvestasi wajib memenuhi syarat kandungan lokal 40% di tahun 2024, kini diperpanjang hingga 2026. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan harus ada kebijakan fiskal yang kompetitif.
Dana insentif itu sendiri diatur dalam Permen Keuangan (PMK) no 38 tahun 2023 tentang PPN Atas Penyerahan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Roda Empat dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Bus yang ditanggung pemerintah dari APBN tahun anggaran 2023. Sebesar 1% dari pungutan pajak April 2023-Desember 2023.
Alasan Pemerintah Begitu Menggebu Genjot Proyek EV
Presdir PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono mengatakan sebuah keniscayaan bagi Indonesia memasuki era elektrifikasi sehingga industri harus mulai Shifting (berpindah). Penting bagi Indonesia karena Amerika, Cina dan Eropa adalah Mature Country dimana kondisi kompetisi stabil (market share) 10%-10%. Tapi di Asia sangat fleksible. Kurang dari 1 tahun bisa dari 0%-3% (market share). Terutama Indonesia.
Pemerintah sendiri menurut Warih memiliki target penurunan emisi karbon hingga 31, 89% dengan upaya sendiri (unconditional) dan sebesar 43,20% melalui dukungan internasional (conditional). Untuk mencapai Net-Zero Emission (NZE) 2060, jika transisi elektrifikasi tidak berjalan baik maka potensi Indonesia sebagai pemimpin market akan meleset. Bahkan akan melemahkan posisi Indonesia sebagai basis global industri otomotif ( cnbcindonesia.com, 01/12/2022).
Direktur Hubungan Eksternal PT. TMMIN, Bob Azam mengatakan, Toyota melalui pendekatan strategi Multi-Patchway, Jadi tak hanya berpaku sama mobil listrik berbasis baterai Battery Electric Vehicle (BEV), tapi juga ybrid Electric Vehicle (HEV) dan Plug-In Hybrid Vehicle (PHEV). Bahkan mengembangkan teknologi-teknologi yang rendah emisi seperti, Electronic Fuel Injection (EFI), Variable Valve Timing-Intelligent (VVT-I), Dual VVT-I dan lainnya. Ia yakin Indonesia akan lebih cepat berkembang dan mengejar posisi sebagai pemain utama produsen serta eksportir. Apalagi saat ini Indonesia tengah menikmati posisinya di bidang industri otomotif sebagai produsen dan eksportir produk otomotif unggulan di wilayah Asia Pasifik. Terbesar setelah Tailand. Menjadi bagian dari rantai pasok yang telah merambah hingga 80 negara di berbagai kawasan dunia.