MEULABOH – Pj Bupati Aceh Barat, Mahdi Efendi, mewacanakan penghijauan jalur lalulintas gajah di kawasan yang rutin dilalui oleh binatang itu secara periodik.
“Sebenarnya, gajah itu bukan ‘berniat’ merusak tanaman atau kebun petani. Binatang yang lebih dikenal dengan Poemeurah itu telah kehilangan makanan, akibat perambahan di habitatnya, hingga mereka turun ke lahan pertanian rakyat,” kata Mahdi Efendi, Ahad (08/10/23).
Menurut Mahdi, gajah yang juga akrab disebut Teungku Rayeuk, punya jalur lintasan secara temporer, sebagai lokasi tempat mereka mencari makanan, berupa tumbuhan dan umbian. Jalur itu akan kembali tumbuh saat komunitas gajah itu kembali ke lokasi tersebut.
“Ini adalah rantai makanan mereka yang dilalui secara berkala. Saat rantai makanan itu dirusak, diubah fungsinya oleh manusia, tentu gajah akan mencari lokasi lain untuk memenuhi kebutuhannya. Di sinilah terjadi konflik antar gajah dan manusia, khususnya dengan petani dan pekebun,” kata Mahdi.
Atas dasar itu, Pemkab Aceh Barat punya keinginan menyediakan plot dana untuk penghijuan , sebagai solusi permanen memberikan gajah ruang makan di koridor milik binatang berbelalai tersebut.
Namun di sisi lain, sebagai langkah awal, Mahdi telah memerintahkan jajaraanya untuk berkoordinasi dengan BKSDA, guna mengantisipasi amuk lebih jauh dari Poemeurah tersebut.
“Kita ingin agar para petani dan pekebun di Sungai Mas bisa mencari nafkah seperti biasa lagi,” pungkas Mahdi.
Diberitakan sebelumnya, puluhan batang pohon kelapa sawit milik masyarakat di Desa Tanoh Mirah, Kecamatan Sungai Mas, rusak setelah perkebunan produktif di daerah itu diamuk gajah.
“Sejauh ini ada sekitar 50 pohon tanaman produktif berupa kelapa sawit yang rusak akibat amukan gajah liar,” kata Camat Sungai Mas, Zulkifli di Meulaboh.
Ia mengatakan, kerusakan yang ditimbulkan akibat amukan gajah tersebut saat ini dalam penanganan pihak terkait, mengingat dampak kerusakan kebun kelapa sawit di masyarakat terhitung parah.[]
Editor : Biro Meulaboh.