Lebih Dari Tiga Ribu Anak Palestina Dibantai, Apakah Tidurmu Lelap Wahai Penguasa Khianat?

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Kondisi di lingkungan Atatra, Gaza utara setelah serangan udara Israel, pada 21 Oktober 2023. FOTO/X. Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

CUITAN akun Twitter salah seorang warga Gaza melaporkan sebanyak lebih dari 3 ribu anak telah dibantai oleh Negara Teroris Israel melalui rangkaian serangan tiada jeda sejak 7 Oktober 2023.  Sementara  sejumlah kecil lainnya berhasil selamat dengan kondisi yang sangat mengerikan. Mereka  terluka atau telah menjadi yatim piatu seketika  kehilangan keluarga karena ikut syahid dalam serangan tersebut.  Bom-bom tiada henti menghantam Gaza dari segala sisi. Bukan hanya pemukiman warga, mereka juga menyasar  masjid, gereja, rumah sakit hingga sekolah.

Menteri Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qudra menyatakan bahwa sistem medis di Gaza telah runtuh total, sepenuhnya kolaps imbas blokade total Israel. Sebanyak 12 rumah sakit dan 32 pusat kesehatan terpaksa tidak beroperasi. Saat ini semakin banyak layanan kesehatan yang kolaps karena  kekurangan bahan bakar. Rumah sakit di Gaza bahkan kehabisan kain kafan.

Satu per satu rumah sakit menjadi sasaran pengeboman Israel.  Setidaknya 500 orang meninggal dunia pada serangan yang menghantam Rumah Sakit al-Ahli al-Arabi. Rekaman yang disiarkan oleh al Jazeera menunjukkan api besar melanda gedung rumah sakit. Mayat dimana-mana demikian pula potongan tubuh manusia dan bercak darah. Gedung ini hancur dan puing-puing berserakan.

Sasaran berikutnya adalah Rumah Sakit Al Quds. Jika rumah sakit al Ahli diserang tanpa peringatan, rumah sakit Al-Quds mendapat peringatan ancaman dari Israel padahal di tempat tersebut menampung ribuan pengungsi perempuan dan anak-anak. Serangan berikutnya menimpa rumah sakit Indonesia di Gaza. Satu staf lokal Mer-C Abu Romzi yang tengah berada di dekat lokasi syahid akibat serangan tersebut.

Sementara Israel memblokade total jalur Gaza yang membuat penderitaan warga semakin mengerikan. Warga terisolir menghadapi krisis kemanusiaan hebat karena tak lagi mendapat makanan, air, obat-obatan, listrik hingga BBM. Kabar menyayat hati disampaikan oleh Kementerian Pendidikan Palestina yang mengumumkan penutupan sekolah untuk tahun ajaran 2023-2024 karena anak-anak telah habis dibantai oleh zionis.

Ditengah bencana kemanusiaan yang melanda Palestina apakah para penguasa dari negara-negara yang bertetangga dengan Palestina baik yang dekat maupun yang jauh dapat tidur nyenyak? Apakah jiwa mereka  mampu terkoneksi dengan panggilan saudara-saudara mereka di Palestina. Apakah masih hidup cahaya Islam di dada-dada mereka? Nyatanya cahaya itu memang hilang ditelan kecintaan mereka terhadap dunia.

Para Penguasa Pengkhianat

Hingga hari ini jutaan  orang  di berbagai negara bahkan di Eropa, Korea Selatan  hingga Jepang  telah turun ke jalan untuk menunjukkan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina, namun tidak ada seorang pun turun ke jalan-jalan di Arab Saudi untuk menunjukkan dukungan mereka kepada Palestina. Pemerintah Arab Saudi bahkan sedang disibukkan dengan pembukaan Riyadh Season dan menyambut selebriti paling terkenal di dunia untuk menciptakan  pengalaman hiburan paling terkemuka di seluruh dunia.

Arab Saudi sebagai negara sunni paling kuat di jazirah hampir saja jatuh dalam kenistaan  normalisasi hubungan diplomatik dengan Yahudi andai perang antara Hamas dan Israel tak semakin panas. Setelah pembantaian terhadap rakyat Palestina berlangsung sepekan, akhirnya pada 13/10/2023 Saudi mengecam Israel yang mendesak evakuasi warga Palestina di Gaza. Begitu saja.

Sedangkan Erdogan telah berdiri dengan jumawa dalam pidato besarnya mengenai Gaza. Bentuk keperkasaan Erdogan adalah bahwa Turki siap Nyatakan Israel Penjahat Perang. Itu saja, sementara telah tiga pekan Gaza diratakan Yahudi, bahkan 8 ribu lebih warganya dibantai di depan mata Erdogan. Alih-alih mengirimkan pasukannya untuk menghentikan pembantaian saudaranya, yang dilakukan Erdogan hanyalah berpidato. Dan Zionis Israel membaca ini sebagai lampu hijau bagi genosida penduduk Palestina.

Padahal Erdogan memiliki salah satu tentara dengan perlengkapan terbaik namun hanya bersiaga dan menyaksikan anak-anak dibantai. Palestina membutuhkan tentara-tentara itu untuk menghentikan penjajahan, membebaskan mereka, bukan pidato-pidato kosong tanpa makna. Padahal Turki mampu membungkam zionis, karena 40 persen minyak yang dikirim ke entitas zionis melewati Turki. Erdogan sungguh berhutang kepada jutaan masyarakatnya yang berdemonstrasi bersamanya di Istambul.

Lain pula dengan respon Ratu Yordania, Ratu Rania. Dalam sebuah wawancara dengan CNN International, sang ratu mempertanyakan standar ganda  Amerika dan Negara Barat menyikapi serangan Israel ke Palestina. Tak lupa kalimat-kalimat kutukan untuk Israel, namun yang patut disikapi adalah sikap Pemerintah Yordania yang tidak ingin terdampak perang Gaza sehingga Yordania berdiri segaris dengan Mesir untuk menolak pengungsi Palestina (middleeastmonitor.com pada 26/10/2023).

The Arab Organisation for Human Rights in the UK (AOHR UK) mengkritik Yordania karena mengizinkan Amerika menggunakan wilayahnya untuk mengangkut peralatan militer berat dengan 15 pesawat khusus, serta mengizinkan pengangkutan pasukan khusus dengan satu pesawat dan dua drone. Selain itu AS juga menggunakan Siprus untuk mengangkut senjata.

AOHR UK meminta pemerintah Yordania untuk bertindak sejalan dengan  kebijakan dan pernyataaan tegas yang telah disampaikan bahwa mereka menentang perang yang tidak adil oleh Israel dengan dukungan Barat di Palestina. AOHR UK meminta negara-negara Arab yang telah mempermalukan dirinya sendiri melalui normalisasi hubungan dengan Israel agar menarik investasi miliaran dolar mereka, memutus hubungan dengan Israel, mengusir duta besar dan menutup kedutaan mereka. Sayangnya pemimpin-pemimpin Arab itu lebih memilih untuk menutup mata dan telinga mereka.

Kepedihan Palestina tidak hanya sampai disitu, dari Mesir Abdel Fattah el-Sisi memperingatkan kepada angkatan bersenjata dan masyarakat umum terhadap tindakan yang diakibatkan oleh ‘kemarahan’. Sisi tanpa malu menyampaikan pernyataan tersebut dengan tegas dan jelas. Presiden Sisi lebih percaya pada solusi diplomatik terhadap perang Palestina. Inilah al-Sisi anjing pudelnya Barat dan Amerika (middleeastmonitor.com pada 25/10/2023).

Berbicara saat inspeksi Divisi Lapis Baja Keempat dari Angkatan Darat Ketiga di Kegubernuran Suez, sekitar 15 km dari perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza, Sisi mengatakan bahwa peran tentaranya adalah untuk melindungi perbatasan negaranya dan keamanan nasional. Pidato memalukan ini disampaikan Sisi ketika operasi militer Israel memasuki hari ke-19 dimana serangan ke Gaza semakin ganas dan mematikan.

Israel telah memblokade Gaza, memutus jaringan telekomunikasi, pasokan air, listrik dan bahan bakar. Sementara satu-satunya koridor bantuan kemanusiaan adalah perlintasan perbatasan Rafah di Mesir yang tidak dikontrol oleh Israel, namun Mesir enggan membukanya.

Para Penguasa khianat ini, mereka lebih memilih terbang ke New York untuk memberikan suara di hadapan sidang PBB. Mereka berpantun dukung, kecam dan kutuk bersahut-sahutan, namun kita mengetahui benar bahwa mereka sedang melayani PBB, Barat dan Israel.

Khilafah Solusi Palestina

Telah jelas kita pahami bahwa Inggris dan PBB ketika membentuk negara haram Israel ini, setelah terlebih dahulu menghancurkan entitas Islam Khilafah Utsmaniyah. Theodor Herzl si Bapak Zionis Internasional bersama rekannya banker Yahudi Mizray Qrasow telah diusir oleh Khalifah Utsmaniyah, Sultan Abdul Hamid II ketika melobi tanah Palestina. Qrasow mengirim telegram dari Italia untuk Sultan,  bahwa Sultan akan membayar pertemuan itu dengan nyawa dan kekuasaannya.

Setelah keruntuhan Khilafah Utmaniyah pada 1924 Masehi sejatinya Palestina pun telah jatuh ke tangan musuh Islam. Hampir seratus tahun sejak keruntuhannya, kita menyaksikan betapa urgensinya untuk kembali dalam naungan kekuasaan Islam, Khilafah Islamiyah. Palestina menderita 75 tahun dalam penjajahan yang sangat pedih, namun para penguasa Arab dan penguasa negeri-negeri Muslim di seluruh dunia hanya diam menonton. Hal tersebut karena penguasa-penguasa khianat yang berdiri untuk melindungi kepentingan zionis dan Barat.

Oleh sebab itu kunci kemerdekaan Palestina bukan berada pada penguasa khianat, namun pada para tentara-tentara yang telah tersadarkan oleh kekuatan akidahnya. Apakah mereka sanggup menerjang tebing nasionalisme yang menyekat persatuan Islam? Apakah mereka sanggup bersaksi di hadapan Allah nantinya?

Sebagaimana pesan menohok dari seorang warga Palestina yang dibacakan di stasiun televisi Turkiye yang berbunyi;

“Beritahu negara-negara Islam untuk tidak shalat jenazah untuk kami. Shalat jenazah-lah untuk kalian sendiri. Kami masih hidup, kalianlah yang sudah mati.”

Allah berfirman dalam Quran surah An-Nisa ayat 75;

“Ada apa denganmu (bahwa kamu) tidak berperang di jalan Allah dan (untuk) kaum tertindas di antara laki-laki, perempuan dan anak-anak yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, keluarkan kami dari kota orang-orang yang menindas ini dan jadikanlah bagi kami dari diri-Mu seorang pelindung dan jadikan bagi kami dari diri-Mu seorang  penolong”.

Khilafahlah yang akan mengorganisasi para tentara menuju Palestina untuk membebaskan mereka dan menunaikan perintah Allah SWT.

Exit mobile version