ACEH

Pj Gubernur: PKA-8 Sarana Mengabadikan Sejarah dan Memupuk Persatuan

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Didik Suhardi, dalam sambutannya mengungkapkan, bahwa di masa lampau Aceh adalah salah satu pintu gerbang jalur rempah nusantara.

“Kejayaan rempah Aceh berlangsung pada rentang abad 15-18. Saat itu, rempah Aceh merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Semoga tema yang diangkat kali ini, yaitu ‘Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia’ mampu membawa kembali kejayaan rempah Aceh. Dengan kembalinya kejayaan rempah di Aceh kita tentu berharap tidak semata melestarikan budaya kita tetapi turut memberi kemajuan sektor ekonomi masyarakat kita,” ujar Didik.

Dalam sambutannya, Didik juga mengingatkan, arus globalisasi membawa perubahan signifikan bagi kehidupan sosial masyarakat.

“Internet hadir hingga ke rumah dan kamar kita. Ada hal positif ada hal negatif, semisal drama Korea yang saat ini banyak digemari dan sedikit banyak mengikis kehidupan sosial kita. Oleh karena itu, pelaksanaan PKA ini kita berharap dapat menjadi sarana menjaga kelestarian budaya kita,” kata Didik.

“Sekali lagi, selamat atas pelaksanaan PKA VIII. Semoga kegiatan ini dapat terus menjaga budaya Aceh agar tetap lestari, sekaligus memberi daya ungkit bagi bangkitnya sektor ekonomi terutama UMKM kita,” pungkas Didik.

Sementara itu, Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia (PYM) Malik Mahmud Al-Haytar, dalam sambutannya sempat menceritakan sekilas tentang pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh dari masa ke masa dan berharap pelaksanaan PKA ke-8 lebih baik dan lebih berkualitas.

“PKA ke-8 harus lebih berkualitas, selain menjadi ajang pelestarian budaya, kegiatan ini harus pula mampu membangkitkan sektor lain, termasuk sektor ekonomi masyarakat,” ujar Wali Nanggroe.

Pada kesempatan tersebut, Wali Nanggroe juga menceritakan secara singkat tentang kejayaan rempah Aceh di masa lalu, serta menyampaikan optimismenya tentang peluang Aceh untuk mulai membangun kembali pusat dan sentra-sentra rempah di sejumlah wilayah di Aceh.

“Dengan pengalaman masa lalu dan beragam potensi yang ada di Aceh, kita semua tentu optimis bahwa Aceh mampu membangun kembali pusat dan sentra rempah di sejumlah daerah di Aceh,” kata Wali Nanggroe. “Saya juga sangat mendukung pembangunan Museum Rempah di Aceh, kita berharap semoga Bapak Muhajir Efdendi selaku Menteri Koordinator PMK mendukung rencana ini,” imbuh Wali Nanggroe.

Wali Nanggroe juga mengapresiasi sejumlah inovasi dan kreasi baru yang tumbuh di Aceh. Hal tersebut merupakan suatu hal yang lumrah terjadi di tengah perkembangan zaman yang terus baharu. Namun, Wali Nanggroe mengingatkan agar kreasi dan inovasi tersebut tidak melenceng dari adat budaya Aceh yang kental dengan nilai-nilai Islam.

“Perkembangan zaman memantik berbagai inovasi, termasuk dalam budaya dan kreasi-kreasi baru dalam tari-tarian Aceh. Ini adalah hal yang harus kita apresiasi. Namun yang harus kita perhatikan dan ingat adalah bahwa kreasi baru tersebut tidak boleh melenceng dengan adat dan budaya Aceh yang sejak dulu sangat kental dengan nilai-nilai budaya Islami.

Pembukaan PKA 8 dihadiri oleh Kapolda Aceh, Pangdam Iskandar Muda, Kajati Aceh, perwakilan DPRA serta perwakilan negara sahabat yaitu dari kedutaan Besar Malaysia, India dan Jepang. Prosesi pembukaan PKA ditandai dengan penumbukan rempah di lesung kaye atau lesung kayu oleh Wali Nanggroe, Penjabat Gubernur Aceh dan para wali kota dan bupati dari 23 kabupaten dan kota se-Aceh, di depan panggung utama.

Untuk diketahui bersama, PKA ke-8 akan digelar selama sembilan hari, mulai 4 hingga 12 November 2023, dan diikuti oleh 23 kabupaten/kota se-Aceh. Setidaknya ada 4.829 seniman dan budayawan yang terlibat, 117 peserta pameran, 23 BUMDes, 23 SMK, 72 pengrajin dan pedagang produk tradisional Aceh, serta 1.109 tenaga kreatif.

Selain itu, kehadiran 23 Balai Pelestarian Kebudayaan se-Indonesia tentu akan semakin menambah semarak gelaran PKA 8, yang akan berlangsung di beberapa lokasi berbeda, yaitu Taman Sulthanah Shafiatuddin, Museum Aceh, Museum Tsunami, Taman Budaya, Blang Padang, Hermes Hotel, Amel Hotel, Krueng Lamnyong, Kampung Pande, dan Desa Baet.

1 2 3

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya