Buruh dan Perjuangan Tanpa Akhir
OPINI
OPINI

Buruh dan Perjuangan Tanpa Akhir

ADVERTISMENTS
Iklan Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H dari Bank Aceh Syariah
image_pdfimage_print

 

OLEH: DR. SYAHGANDA NAINGGOLAN

ADVERTISMENTS

   

SAYA adalah salah satu korban kemacetan 13 Km jalan tol kemarin, sebagaimana diberitakan berbagai media, yang diciptakan demo buruh di Cibitung, Bekasi.

Dalam suasana kesal kemacetan, saya senang melihat papan pengumuman di atas jalan tol memberitahukan alasan kemacetan, yakni demo buruh. Senang karena perjuangan buruh menuntut upah dan hak-hak normatif mereka adalah perjuangan rakyat miskin Indonesia.

ADVERTISMENTS
ADVERTISMENTS

Prabowo Subianto telah mengatakan beberapa waktu lalu bahwa buruh jangan “mencekik” pengusaha, dengan menuntut upah. Juga, Menteri Ketenagakerjaan melegitimasi kenaikan upah buruh yang kecil, bahkan ada yang kurang dari 50 ribu perak saja.

Berita Lainnya:
Masihkah Publik Menunggu Video Connie Bakrie?

Ini adalah gambaran buruh mungkin tidak punya kawan dalam jajaran elite bangsanya.

ADVERTISMENTS
ADVERTISMENTS

Situasi ini berbeda misalnya dengan di China. Hu Jintao, Sekjen Partai Komunis China, 2010, membela buruh (I. Wibowo, 2010). Dengan garang dia memaksa perusahaan-perusahaan asing yang ada menaikkan upah. Beberapa perusahaan asing menaikkan upah sebesar 25-30%.

Hu Jintao tentu berbeda dengan pemimpin bangsa ini, yang cuma memikirkan nasib sendiri dan keluarganya. Di China, setidaknya saat itu, pandangan Politik negara untuk kaum buruh menjadi landasan.

Sedang di sini, pemimpin bangsa adalah bagian dari 0,02% orang, penguasa rekening perbankan nasional (CNBC, 2/8/2023). Mereka adalah kaum kapitalis.

Berita Lainnya:
Aya Naon Anies Baswedan (What's wrong with Anies Baswedan?)

Relasi buruh dan kapitalis yang ditakutkan Prabowo memburuk jika menuntut upah tinggi adalah alasan sepihak. Semua kapitalis pasti membenci kenaikan upah buruh, dan juga pajak yang tinggi. Namun, di Indonesia, kapitalis seperti Prabowo maupun Jokowi menjadi kaya berbeda jalan dengan orang-orang kaya di eropa.

Di Indonesia, orang-orang kaya muncul berkembang dengan memanfaatkan akses kekuasaan. Dengan kekuasaan, atas nama negara dan UU yang dibuat, mereka mengeksploitasi besar-besaran kekayaan alam, akses keuangan, jaringan bisnis lokal dan internasional, dan lain-lain untuk menggandakan kekayaannya.

Bahkan, misalnya, tahun 1998, negara “dibangkrutkan” mereka, di mana negara menanggung utang-utang mereka sebesar Rp 600 triliun.

ADVERTISMENTS
Selamat & Sukses dr. Elfina Rachmi atas pengukuhan sebagai Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Persahabatan
1 2 3 4

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

ADVERTISMENTS