BANDA ACEH – Calon presiden dari PDIP Ganjar Pranowo mendapat cecaran kritik saat tampil di dialog publik capres-cawapres yang diselenggarakan PP Muhammadiyah pada Kamis (23/11/23) di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Saat sesi diskusi bersama panelis yang merupakan pakar, Ganjar disinggung soal janji penurunan angka kemiskinan nasional. Panelis mengungkit soal performa Ganjar yang dinilai tak maksimal dalam menurunkan kemiskinan di Jawa Tengah selama menjadi Gubernur.
“Tentang kemiskinan, di dokumen bahwa obsesi paslon 3 ini akan menekan angka kemiskinan 2,5 persen, ini obsesif sekali. Bahkan yang lebih obsesif akan menekan angka kemiskinan ekstrem 0 persen. Pak ganjar ketika memimpin periode pertama Anda hanya mampu menekan 420 ribu kemiskinan di Jawa Tengah bahkan lebih parah di periode 2 hanya mampu menekan angka kemiskinan 80 ribu orang di antara puluhan juta warga Jawa Tengah,” ujar Dr. Mukhaer Pakkanna sebagai panelis saat kesempatan bertanya dan menanggapi diberikan.
Mukhaer menegaskan mengurus Jawa Tengah dengan mengurus Indonesia adalah hal yang berbeda.
Karenanya, ia meminta Ganjar menjelaskan lebih lanjut mengenai performanya sebagai Gubernur terkait kemiskinan dan langkahnya di level nasional.
“Problem Jawa Tengah dengan Indonesia beda, ini perlu dielaborasi karena mimpinya sangat tinggi,” tegasnya.
Sementara itu, Ganjar saat menjawab tanggapan tadi menekankan pentingnya data yang akurat dan tepat untuk membaca kemiskinan di suatu wilayah.
Soal Jawa Tengah ia meminta agar data dibaca utuh dengan membandingkan jumlah penduduk dan hal lainnya.
“Penanganan kemiskinan itu datanya dulu, ‘Pak Ganjar nggak berhasil’, Mari kita bandingkan dengan seluruh angka provinsi dengan jumlah penduduk lebih besar berapa penurunananya, kemiskinan ekstrem masuk desil 1, datanya harus pasti, orangnya pasti dan ditampung negara mau pakai BLT atau yang lain silakan,” jelas Ganjar.
Ganjar mengaku sudah berusaha menyampaikan ke pusat bahwa data yang ada selama ini kurang tepat dan ia berinisiatif untuk meminta dalam rangka melakukan perbaikan, hanya saja hal itu menurut pengakuannya tak bisa. Situasi ini menurut Ganjar bisa mengakibatkan orang-orang yang sebelumnya sudah dapat bantuan tetapi masih mendapatkannya lagi termasuk ketika situasi mereka sudah membaik.
Ketika itu terjadi, Ganjar mengungkapkan apa yang ia kerjakan di Jawa Tengah adalah menggesernya ke hal lain seperti membangun sekolah, dsj.
“Kalau satu data Indonesia tepat, maka sinkronisasi akan terjadi,” ungkapnya.
“Ketika kemudian ini muncul ini yang dikasih ini lagi ya saya geser ke dua seperti sekolah, kami bangun sekolah hanya untuk orang miskin, 3 tahun kami investasi mereka tahun keempat sudah panen, mereka jadi tulang punggung keluarga,” jelasnya.