BANDA ACEH -Etnis Rohingya telah tinggal di Myanmar selama berabad-abad. Namun, ada beberapa alasan mengapa mereka jadi minoritas.
Penyebab Jadi Minoritas
Dikutip dari laman Council on Foreign Relations pada Kamis (30/11), pertama agama mereka yang Islam menjadi minoritas, karena 90 persen masyarakat Myanmar memeluk agama Buddha.
Kedua, dari segi bahasa mereka memiliki bahasa sendiri dan berbeda dengan Myanmar yang menggunakan bahasa nasional, yaitu Burmese.
Ketiga, karakter fisik etnis Rohingya yang berbeda dengan mayoritas masyarakat Myanmar. Mereka lebih mirip dengan bangsa Bangladesh, India.
Fisik suku terbesar di Myanmar, yaitu suku Bamar memiliki mata yang cenderung sipit dan warna kulit yang terang.
Fakta Muslim Rohingya
Saat ini, Rohingya telah jadi suku tanpa kewarganegaraan dengan populasi terbanyak di dunia.
Memang mereka tinggal di bagian barat Myanmar, tepatnya daerah Rakhine, Etnis Rohingya tidak diakui sebagai kelompok etnis resmi dan kewarganegaraannya telah ditolak sejak tahun 1982.
Rohingya dan sebagian besar Muslim yang nenek moyangnya berasal dari India dan Bangladesh pernah dianggap sebagai warga negara Burma di bawah Konstitusi 1948 dan pemerintahan sipil hingga kudeta militer pada tahun 1962.
Status mereka kemudian diturunkan di bawah Konstitusi 1974 yang tidak secara resmi mengakui mereka, dan Undang-Undang Kewarganegaraan 1982 yang menyatakan bahwa warga negara harus berasal dari salah satu 135 ‘ras nasional’ yang diakui di bawah konstitusi.
Dalam hal ini yang nenek moyangnya telah menetap di negara tersebut sebelum tahun 1823.
Karena kurangnya dokumentasi untuk memenuhi persyaratan yang terakhir, hasilnya adalah penolakan kewarganegaraan yang sangat diskriminatif bagi sebagian besar orang Rohingya dan banyak Muslim lainnya.
Mereka tidak mendapat fasilitas kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan perlindungan hukum.
Mereka juga tidak mendapatkan perlindungan dan rentan terhadap eksploitasi serta kekerasan karena status mereka sebagai populasi tanpa kewarganegaraan.
Alasan Myanmar Menolak
Dikutip dari Minority Rights Group International pada Kamis (30/11), dibalik semua perlakuan tersebut, ternyata ada hal yang mendasarinya.
Hal ini terjadi ketika Inggris menjajah Myanmar pada masa perang dunia II dan menarik Muslim Rohingya sebagai tentara.
Inggris kemudian mengadu domba antara Rohingya dan umat Buddha yang bersekutu dengan Jepang saat itu.
Ketika Inggris diusir dari Myanmar oleh Jepang karena kekalahan yang dihadapinya, etnis Rohingya ini jadi sasaran amarah masyarakat.
Pengungsi Rohingya di Indonesia
Awalnya, Rohingya pertama kali memasuki Aceh pada tahun 2009 dan diterima baik oleh masyarakat.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, terdapat beberapa hal yang dilakukan pengungsi Rohingya dan membuat geram masyarakat Aceh.
Pada Minggu (22/3/2022), sebanyak 12 pengungsi kabur dari Kamp Aceh Besar. Sebelumnya pada Kamis (8/12/2022), mereka dikabarkan mencuri kelapa dan melanggar adat. Pengungsi ini tidak patuh dengan syariat, berbuat onar, dan jorok.
Dikarenakan semakin banyaknya pengungsi, warga Aceh kemudian mengambil sikap dengan menolak kedatangannya, seperti yang terjadi pada Minggu (19/11).
Padahal sebagai wujud kepedulian dan rasa kemanusiaan terhadap sesama, warga Aceh tetap memberikan sembako untuk bekal melanjutkan perjalanan.
Namun, ternyata hal itu juga tidak disambut baik oleh etnis tersebut, karena mereka justru membuang bantuan sebagai bentuk protes.
Melihat hal itu, warga Aceh kemudian semakin yakin dengan keputusan untuk tidak menerima mereka.
Walaupun banyak sisi yang menekan Indonesia untuk menerima pengungsi, seperti yang dilakukan oleh Amnesty Internasional.