HARIANACEH.co.id|Banda Aceh – Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (FKH USK) melaksanakan Program Pelatihan Peningkatan Kapasitas Tenaga Teknis Garis depan Untuk Prevensi, Mitigasi, dan Penanganan Wabah Penyakit Ternak pada Sektor Peternakan Sapi Indonesia Batch 2 di Medan, Sumatera Utara, 09-13 November 2023.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui dukungan kerjasama antara Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI) dengan Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership (IARMCP). Pelaksanaanya dilakukan di dua lokasi, yaitu di Hotel Syariah Grand Jamee, Medan untuk materi pelatihan, dan di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat untuk kegiatan simulasi lapangan.
Dekan FKH USK, drh. Teuku Reza Ferasyi, MSc., PhD., menyampaikan bahwa dalam kerjasama dengan AFKHI dan IARMCP ini, FKH USK diamanahkan untuk mengelola sejumlah 3 batch kegiatan pelatihan dengan pusat lokasinya di Banda Aceh, Langsa dan Medan.
“Untuk kegiatan batch 2 dilangsungkan di Medan mengikutsertakan sejumlah 30 dokter hewan sebagai peserta yang berasal dari dinas atau lembaga, yang melaksanakan fungsi peternakan di 17 kabupaten/kota dan perwakilan Dinas Peternakan Sumatera Utara, serta Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Provinsi Sumatera Utara,” ungkapnya.
Kegiatan selanjutnya Batch 3 akan dilakukan Bulan Januari 2024 di Kota Langsa, yang akan diikuti 30 peserta dari sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Pelaksanaan pelatihan ini melibatkan fasilitator nasional, yang terdiri dari: drh. Sulistio Budi Sulistyo dan drh. Dewi Anggreini, MM, serta satu fasilitator lokal dari FKH USK, Prof. Dr. drh. M. Hanafiah, M.P. Peserta kegiatan di karantina di Hotel Grand Jamee Medan selama 4 hari untuk mengikuti kegiatan secara penuh.
“Hari pertama dan kedua dibekali dengan materi-materi kegiatan meliputi pengantar pelatihan, dasar epidemiologi dan segitiga kausalitas, one health, PE dan PRA, pengantar OI, investigasi awal, kurva epidemik, timeline, pemetaan, definisi kasus, teknik sampling, biosecurity, presentasi data, komunikasi risiko, dan alur pelaporan. Di hari ketiga, investigasi wabah yang dikombinasi dengan simulasi penyelidikan wabah penyakit hewan di lapangan,” beber Dekan FKH USK.
Kepala Bidang Perlindungan dan Kesehatan Hewan Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sumatera Utara, drh. Tesra Ananta menyambut baik dilaksanakan kegiatan pelatihan yang dilakukan FKH USK di wilayah kerjanya.
“Melalui kegiatan pelatihan ini, dapat mendukung kebutuhan Sumatra Utara terkait tenaga kesehatan hewan garis depan, yang dapat membantu upaya pemerintah daerah untuk mengendalikan dan membebaskan Sumatera Utara dari sejumlah penyakit hewan menular, dan berpotensi zoonosis yang masih dilaporkan kasusnya,” harap drh. Tesra.
Selain itu juga akan memperkuat pemahaman petugas dalam melaksanakan koordinasi lintas sektor/lembaga dalam pemantauan penyakit dari dan keluar Sumatra Utara serta peneguhan diagnosa penyakit. Lebih lanjut beliau menyampaikan dengan pelatihan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan hewan garis depan nantinya akan dapat dimanfaatkan untuk mendukung strategi dan upaya pemerintah daerah terkait hal tersebut.
Mewakili Kepala dinas ia juga menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas kegiatan yang dilaksanakan oleh FKH USK sebagai mitra dari perguruan tinggi.
Kegiatan pelatihan tersebut dibuka dengan resmi secara daring oleh Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI), Prof. drh. Teguh Budipitojo, M.P., PhD. Dalam kesempatan tersebut beliau menyampaikan selamat dan terima kasih kepada panitia dari FKH USK dan para fasilitator yang telah dapat melaksanakan kegiatan pelatihan Batch 2 di Sumatera Utara.
Kegiatan ini akan dilakukan di 12 Provinsi yang terdiri dari 23 Batch dan melibatkan 690 peserta petugas kesehatan hewan garis depan dengan dukungan pembiayaan dari Kerjasama AFKHI dengan IARMCP.
“Harapannya semoga dengan selesainya semua pelatihan nantinya maka akan terbentuk jejaring sumber daya petugas kesehatan hewan garis depan di Indonesia, yang bisa membantu kebutuhan nasional dan mampu digerakan untuk mendeteksi, serta merespon ancaman wabah penyakit infeksi baru dan berpotensi zoonosis di masa yang akan datang,” ujar Prof Teguh.