BANDA ACEH – Sebagai upaya memberangus milisi pembebasan Palestina, Hamas, tentara Israel (IDF) dilaporkan berupaya mematikan pergerakan mereka dengan melumpuhkan jaringan infrastruktur terowongan.
Upaya terbaru, setelah beberapa upaya dengan bom dan material eksplosif gagal, IDF melakukan pembanjiran terowongan menggunakan air laut.
Pada tahap awal, upaya ini dilaporkan berhasil dilakukan, air laut sukses merayap ke terowongan.
Dibangun Insinyur, Tiap Ancaman Sudah Diperhitungkan
Namun, usaha Israel untuk membenamkan terowongan pakai air laut sepertinya sudah dibaca Hamas.
Selain karena Israel dan Amerika Serikat (AS) sudah woro-woro duluan akan rencana ini, Hamas dalam pembangunan terowongan, mengklaim juga sudah memperhitungkan ancaman bagi aset berharganya tersebut.
Pejabat senior Hamas, Osama Hamdan mengatakan kalau terowongan tersebut dibangun untuk menahan banjir.
Dia menekankan, kalau rencana Israel untuk membanjiri air laut ke dalam infrastruktur bawah tanah tersebut, telah diperhitungkan.
“Terowongan tersebut dibangun oleh para insinyur terlatih dan terdidik yang mempertimbangkan semua kemungkinan serangan dari pihak pendudukan, termasuk pemompaan air,” kata Hamdan.
Hamdan menambahkan, jaringan bawah tanah adalah bagian integral dari perjuangan milisi perlawanan Palestina.
“Dan semua konsekuensi serta serangan yang diperkirakan akan terjadi telah terjadi. telah diperhitungkan,” kata dia.
Insinyur Israel: Jaringan Terowongan Canggih
Soal klaim kecanggihan jaringan dan struktur terowongan dari Hamas, rupanya juga sudah diakui oleh pihak Israel.
Pemberitaan Newsweek, 29 November 2023, melansir pengakuan seorang perwira insinyur IDF mengungkapkan keterkejutannya atas luasnya terowongan yang disebut-sebut digunakan oleh gerakan Hamas Palestina di Gaza.
Terowongan sejenis itu menjadi pusat strategi militer Hamas dan menjadi sasaran utama pasukan Israel selama perang sejauh ini.
Dalam pengakuannya, insinyur IDF itu menyebut struktur fisik terowongan sangat kokoh.
Struktur terowongan, di antaranya, terdiri dari lapisan beton dengan banyak persimpangan, fakta lain yang menyatakan upaya membanjiri terowongan akan butuh waktu sangat lama.
“Kami tahu, ini (fisik terowongan) adalah apa yang akan kami lihat , tapi saya tidak menyangka terowongan ini akan begitu kuat, artinya ada banyak beton, tangga, banyak persimpangan di terowongan ini,” kata petugas insinyur IDF dilansir Newsweek.
Saat awal perang, pada Oktober, para pejabat Israel mengatakan kalau tentara IDF dalam keadaan apa pun tidak boleh mencoba memasuki terowongan.
Namun rupanya, pada beberapa kasus, para pemikir perang IDF terpaksa harus masuk terowongan untuk memeriksa, menganalisis, dan menemukan solusi menghancurkan jaringan infrastruktur tersebut.
“Tentu saja, kami biasanya tidak masuk ke dalamnya, tapi kami menjelajahinya, dan kami melihatnya, jadi ini sungguh mengejutkan,” kata dia.
Cermat dan Penuh Perhitungan
Setelah menelaah, insinyur IDF itu menarik lagi penilaian atas terowongan Hamas yang sempat dia sangkat sebagai infrastruktur primitif.
Jauh dari itu, terowongan Hamas adalah infrastruktur canggih yang memang dibangun secara cermat dan penuh perhitungan.
“Saya pikir ini (terowongan) akan menjadi (infrastruktur) sedikit lebih primitif, tapi ini (ternyata) benar-benar canggih,” tambah petugas itu.
Jalur Gaza telah lama dikenal sebagai tuan rumah jaringan bawah tanah yang luas, bahkan sejak masa pendudukan Israel selama hampir empat dekade.
Ketika Hamas mengambil alih wilayah tersebut pada tahun 2007 setelah penarikan pasukan IDF dan perselisihan berdarah dengan faksi Fatah pimpinan Otoritas Nasional Palestina yang berbasis di Tepi Barat di tengah pemilu, jaringan terowongan ini berkembang secara signifikan.
“Itu adalah lifeline (jalur hidup/penyelamat) ,” kata petugas IDF terkait penilaiannya soal peran terowongan bagi Hamas.
“Ketika Israel menguasai Jalur Gaza, kami melakukan operasi (militer) terhadap para penyelundup (barang-barang) di terowongan ini. Dan itu (barang selundupan) bukan hanya barang-barang militer, juga barang-barang sipil, tetapi sebagian besar adalah barang-barang militer. Dan setelah Israel pergi, barang-barang itu semakin menjadi sumber kehidupan mereka,” kata insinyur tersebut.