OPINI
OPINI

Etika Politik “Endasmu Etik”

image_pdfimage_print

Kembali kepada urusan “Political Ethics” dan “Ndasmu Ethics”, bangsa ini perlu merenung ulang standar moral kita dalam mengurus negara. Hasto PDIP, misalnya, yang terganggu dengan keputusan MK terkait Gibran, yang dianggapnya merusak tatanan bernegara, seharusnya melakukan refleksi kenapa jauh-jauh hari PDIP tidak mempermasalahkan pamannya Gibran menjadi ketua MK? Bukankah sudah diketahui sejak awal bahwa ada persoalan etik yang muncul ketika ketua lembaga negara dan presiden mempunyai hubungan saudara ipar?

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM Expired Bank Aceh Syariah

Soal MK hanyalah sebagian kecil soal etik yang ada dalam kekuasaan Jokowi. Urusan “Governance” dalam penunjukan jabatan publik seringkali dipertanyakan selama ini. Bahkan, penunjukan seorang menteri terjadi pada saat menteri tersebut diduga terkait dalam pemeriksaan kejaksaan agung soal korupsi BTS, misalnya. Saat ini persoalan etik semakin meningkat lagi dengan isu “fairness” dalam pemilu. PPATK merilis ada triliunan uang ilegal masuk untuk pemilu tanpa pertanggung jawaban. Etika apa yang mau ditampilkan pemenangan yang curang?  Inilah situasi dan fakta kerusakan etik berat dalam bernegara, akhirnya harus diakui sebagai persoalan bersama.

Berita Lainnya:
Prabowo Bawa Oleh-oleh Investasi Rp249 Triliun
ADVERTISEMENTS
Selamat Milah BPKH ke 7 Tahun

Kenapa persoalan bersama? Kenapa tanggungjawab bersama? Sebab, mayoritas elit politik hanya “tutup mata” selama ini, dan dijadikan “bargaining” politik “dagang sapi” diantara mereka. Jadi, sesungguhnya mereka membentuk kartel untuk menikmati kekuasaan sekedar beredar diantara mereka saja. Mau sampai kapan?

ADVERTISEMENTS
QRIS Merchant Bank Aceh Syariah

Selanjutnya, terkait isu “Ndasmu Etik”, dapat ditafsirkan bahwa Prabowo memang tidak ingin merubah realitas politik busuk yang ada. Ini sungguh berbahaya. Seharusnya, meski argumentasi Prabowo bahwa ini situasi busuk di luar kekuasaan dirinya, namun kita butuh pemimpin ke depan yang sungguh berniat untuk memperbaiki negara  dan bangsa ini. Seorang pemimpin harus berjanji bahwa kelak dia akan memperbaiki moralitas politik alias etik paska rezim Jokowi. Bukan malah diam atau meneruskannya. Untuk itu, Prabowo sendiri perlu merespon soal ini.

ADVERTISEMENTS
SMS Poin - Bank Aceh Syariah

Penutup

Politik di Indonesia adalah politik tanpa etik. Etika politik merupakan standar moral kolektif. Selama ini kehidupan bernegara memang lebih dikendalikan hawa nafsu berkuasa dan menjalankan kekuasaan untuk kepentingan segelintir orang. Di sinilah letaknya persoalan etika politik kita.

Berita Lainnya:
Prabowo Bakal Disebut "Petugas" Jokowi Jika Terlalu Sering Ketemu
ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Guru Nasional

Etika politik yang mengejek “endasmu etik” seharusnya tidak terjadi. Sebab, meskipun soal etika politik menjadi tanggung jawab bersama, namun seorang pemimpin harus memastikan bahwa kepemimpinannya ke depan akan merubah standar moral busuk yang ada, bukan mendiamkan atau mau meneruskan. Jadi, di sini masalah Prabowo dalam melihat isu yang dimunculkan Anies dalam debat. Harusnya Prabowo mengapresiasi isu ini, bukan mengolok-olok.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Siapapun yang memimpin bangsa kita ke depan harus memastikan etika politik harus berubah. Negara harus mempunyai standar moral yang baik dalam mengarahkan berbagai kebijakan nasional ke depan.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari KORPRI ke-53

**Penulis adalah Direktur Eksekutif Sabang Merauke Circle

Follow HARIANACEH.co.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya