Rocky Gerung Bongkar Sindiran Megawati Kepada Jokowi, Pemakzulan Semakin Nyata!

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Pengamat Politik terkemuka, Rocky Gerung, melancarkan kritikan tajam terhadap Presiden Jokowi, dengan sindiran dari Megawati. Dalam video terbaru di kanal YouTube resminya, Rocky mengungkapkan bahwa Megawati merasa pemimpin saat ini lupa daratan, memicu wacana percepatan pemakzulan. 

ADVERTISEMENTS
ad40

Sri Mulyani juga menjadi sorotan, dengan Gerung menyoroti kehadirannya di Davos, menekankan perubahan paradigma ekonomi global.

ADVERTISEMENTS

“Sri Mulyani harus merenung, meninggalkan eksploitasi alam. Davos bukan lagi sumber ketidakadilan, tapi solidaritas manusia.”

ADVERTISEMENTS

Rocky Gerung menjelaskan bahwa Sri Mulyani, dalam kapasitasnya sebagai Menteri Keuangan, harus merenungkan dampak lingkungan dan moralitas ekonomi. 

Dia menegaskan perlunya meninggalkan praktik eksploitasi sumber daya alam demi keberlanjutan dan menghormati hak asasi manusia. 

Rocky Gerung menciptakan gambaran dialog Davos yang menarik antara Sri Mulyani dan para pemimpin ekonomi dunia.

Rocky Gerung menyoroti peran Megawati dan PDIP dalam melihat Jokowi.

“Bu Mega, sebagai simbol perlawanan, harus konsisten. Pemaksulan Jokowi bukan dendam, tapi pemulihan martabat bangsa”

 Megawati diakui sebagai simbol perlawanan terhadap Orde Baru, dan Gerung meyakinkan bahwa Mega memiliki peran penting dalam menyelamatkan bangsa.

Kritik tajam Megawati terhadap Jokowi di peringatan natal menjadi catatan serius, dan Gerung menyampaikan bahwa Megawati harus mengambil tindakan konsisten, termasuk memaksulkan Jokowi.

Rocky Gerung menegaskan pentingnya Megawati memulai tindakan pemaksulan sebagai langkah etis untuk memperbaiki bangsa.

Dia menggambarkan bahwa lupa daratan adalah tanda arogansi dan kurangnya keterhubungan dengan rakyat. 

“Lupa daratan adalah arogansi. Megawati, inilah saatnya konsisten. Pemaksulan sebagai langkah etis untuk menyelamatkan demokrasi.”

Exit mobile version